Asyiknya lagi, pada 2.000 rpm pun sudah terasa narik. "Kami fokus pada low rpm, putaran bawah sangat penting buat semua rider agar nyaman saat mengendarai motor ini," jelas Mark.
Dan ternyata 80% dari torsi puncak sudah bisa dirasakan sejak 2.500 rpm. Wow, pantesan saja, responnya cepat!
Top speed-nya mudah saja mencapai 180 km/jam di jalur lurus sepanjang pantai Santa Cruz. Dan lagi-lagi getaran tak terlalu terasa sudah jauh lebih halus nih.
Assist and slipper clutch membuat tuas kopling terasa ringan meski harus menekan 7 clutch plate.
Sedang slipper-nya sukses membuat deselerasi terasa smooth, putar balik di tikungan sambil turun gigi enggak langsung tertahan engine brake keras.
"Slipper juga bisa menjaga mesin dari engine rev berlebihan saat deselerasi, sehingga mesin akan lebih awet," papar Sampath J, Product Development Manager RE.
Uniknya, rasio kompresi cuma 9,5:1, di Indonesia enggak usah bingung isi bensin. Minum Pertalite saja masih bisa jalan dengan performa terbaik.
Responsif dan enggak getar, rasanya bukan seperti mengendarai RE hehe.. Beda banget!
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR