Virus Corona Bikin Heboh, Ternyata Korban Jiwa Akibat Kecelakaan di Jalan Jumlahnya Jauh Lebih Tinggi!

Pilot - Kamis, 6 Februari 2020 | 15:36 WIB

Ilustrasi. Bus Damri yang alami kecelakaan di Jalan tol Sedyatmo (Pilot - )

GridOto.com - Berita penyebaran virus Corona memang luar biasa, banyak membuat orang panik di berbagai belahan dunia.

Sampai saat ini di seluruh dunia dikabarkan ada 28 ribu lebih orang terjangkit penyakit baru ini. Angka kematian akibat virus ini dikutip dari AFP, mencapai 564 orang di seluruh dunia.

Penyakit ini ditemukan menyebar sekitar bulan November - Desember tahun lalu di Wuhan, China. Sejak Januari sudah mulai menimbulkan korban jiwa .

Anggap saja sudah 2 bulan penyebaran virus ini yang menyebabkan korban meninggal dunia.

Kalau dihitung-hitung berarti ada sekitar 9 - 10 orang meninggal setiap harinya di seluruh dunia akibat virus ini.

Kalau dihitung berdasarkan jam, ada 1 orang meninggal setiap kurang lebih 2,5 jam diseluruh dunia karena virus Corona.

Banyak negara bereaksi dengan penyebaran virus ini, dengan melakukan aktivitas pencegahan di bandara-bandara hingga sampai menjemput warga negaranya dari China.

Termasuk pemerintah Indonesia. Luar biasa memang reaksi pemerintah akan hal ini dan perlu diacungkan jempol.

TMC Polda Metro Jaya
Ilustrasi. Faktor manusia menjadi penyebab nomor 1

Namun pada kesempatan ini saya juga ingin mengingatkan, sebenarnya ada 'virus' lain yang sudah lama tersebar dan juga banyak memakan korban jiwa. Yaitu korban meninggal akibat 'virus' kecelakaan di jalan.

Jumlahnya berdasarkan data Kepolisian Republik Indonesia tahun lalu ada 23.530 orang meninggal selama setahun. Hanya di Indonesia, bukan dunia.

Kalau didetailkan perhari, jadi 23.530/365 hari = 65 orang yang meninggal dalam sehari. Jika dibagi 24, artinya sama dengan setiap 1 jam ada 3 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia.

Itu saja sudah turun 6% dibanding tahun 2018 yang angkanya mencapai 27.910 korban jiwa.

Jumlah kecelakaannya sendiri selama tahuan 2019 adalah 107.500 kejadian. Naik 3% dari tahun 2018 yang 103.672 kejadian. Hanya korban meninggalnya saja yg turun 6%.

Kalau melihat angka kematian itu bukannya sudah berarti bisa disebut darurat Nasional? Enggak tahu juga sih, mungkin karena 'cuma' korban jiwa dan tidak mengakibatkan masalah ekonomi serta kerusakan infrastruktur jadi dianggap hal biasa. Bukan sesuatu yang harus segera diatasi.

Istimewa
Infrastruktur dan kondisi lingkungan juga mempengaruhi

Menariknya, faktor penyebab kecelakaan terbesar disebabkan karena faktor manusia. Terkait dengan kemampuan dan karakter mengemudi seseorang. Angkanya 61%.

Kedua, dengan jumlah 30%, dikarenakan faktor infrastruktur dan lingkungan saat di jalan. Kondisi jalan rusak dan lingkungan yang tidak teratur bisa menyebabkan konsentrasi berkendara bisa berkurang.

Ketiga, 9% disebabkan karena faktor kendaraan. Biasanya berhubungan dengan kelengkapan teknis kendaraan. Laik jalan atau tidak. Seperti ban yang kembangannya sudah habis, rem blong dan lainnya.

Sebenarnya kampanye keselamatan berkendara sudah digaungkan dan dicanangkan berkali-kali. Baik itu oleh lembaga-lembaga pemerintah hingga swasta.

Namun kenapa tingkat kecelakaan dan korban jiwa tetap tinggi?

Lupakan pemerintah dan lainnya. Hal utama dari semua itu sebenarnya adalah prilaku manusianya itu sendiri saat berkendara.

"Mengemudi adalah full time job," ujar Jusri Pulubuhu dari Jakarta Defensive Driving Consulting kepada saya beberapa waktu lalu.

Saya menerjemahkannya harus konsentrasi dan tahu diri. Kalau konsentrasi pasti semua sudah paham maksudnya.

Surya.co.id
Ilustrasi. Faktor kendaraan juga bisa menjadi penyebab

Seperti memperhatikan kondisi jalan dan lingkungan di sekitarnya dengan baik. Jangan terganggu dengan memainkan gadget atau hal lainnya yang mengurangi konsentrasi.

Selanjutnya adalah tahu diri, ini yang paling penting menurut saya. Maksudnya tahu diri adalah tahu kemampuan diri sendiri, tahu kemampuan kendaraannya dan tahu kondisi lingkungannya.

Untuk kemampuan diri contohnya kalau tahu lelah dan mengantuk, segera istirahat dan jangan memaksakan diri untuk mengemudi. Kalau dipaksakan efeknya bisa celaka.

Sedangkan untuk kemampuan kendaraan, kalau tahu kondisi ban mobil botak, jangan dipaksa buat ngebut, jalan pelan-pelan saja yang penting sampai. Kalau mau cepat ya ganti segera dengan ban baru.

Atau kalau memang tahu kondisi kendaraan tidak baik ya jangan dipakai.

Untuk lingkungan juga sangat mempengaruhi, butuh 'street manners' atau adab di 
jalan agar semua bisa selamat sampai tujuan.

Seperti kalau sudah tahu kondisi lingkungannya padat, ya harus lebih berhati-hati. Tidak memacu kendaraan dan lebih memperhatikan jalan.

Jadi sebenarnya semua itu kembali kepada diri sendiri. Kalau mau sehat dan tidak terkena virus, ya jangan dekat-dekat dengan sumbernya.

Sama artinya jika tidak ingin celaka, jaga prilaku selama di jalan. Jangan dekat-dekat ke masalah. Kan mau sama-sama mengurangi angka kematian akibat kecelakaan.

Jangan menang terus dari Corona dong....