"Karena izin transportasi di sini susah ya. Di Jepang yang punya lisensi resmi untuk menjalankan bus itu cuma kita," kata Sahat.
Pada 2015, Sahat memulai usaha PO Sahat’s Trans dengan mobil-mobil kecil.
Usaha penyewaannya pun semakin laris dan berkembang hingga ia berhasil membeli armada bus empat tahun kemudian.
Soal tulisan 'pulang malu tak pulang rindu' pada busnya, Sahat menganggap kata-kata tersebut cocok dengan suasana hati para perantau di Jepang.
"Karena kalau kita orang perantauan, kalau pulang enggak menghasilkan uang banyak malu, tapi kalau enggak pulang, kita juga rindu kampung halaman," jelas dia.
Baca Juga: Resmi, Karoseri Asal Jawa Timur Ini akan Rakit Bus Listrik Golden Dragon
Menurutnya, tulisan itu ada pada dua bus miliknya di Jepang dan menjadi sebuah identitas tersendiri.
Tak heran, banyak orang Indonesia di Jepang yang kerap berfoto dengan latar belakang busnya.
"Karena itu lucu juga kan, ya. Negara Jepang, tapi ada bus yang ada kata-kata Indonesia-nya. Itu satu keunikan sendiri, dan terbukti banyak orang yang foto-foto dan dibagikan ke media sosial," terangnya.
Namun, pria yang sudah merantau ke Jepang selama 21 tahun ini mengaku bisnis penyewaan bus tak selalu berjalan mulus.
Editor | : | Dida Argadea |
KOMENTAR