Turunan panjang
Senada dengan apa yang disampaikan Martinus pada 2014, dalam wawancara Kompas.com dengan Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Ahmad Wildan tahun 2022 menyebut kondisi jalan berupa turunan panjang kerap membuat pengendara lengah.
"Di sana itu panjang turunannya sampai 4 km, dengan jalan yang lebar dan mulus membuat pengemudi kadang lengah. Mereka jadi memacu kecepatan dengan sangat tinggi, pakai gigi tinggi," ucap Wildan, seperti dimuat Kompas.com, (26/6/22) lalu.
Menurut Wildan, hal ini menciptakan tantangan tersendiri bagi kendaraan yang melintas.
Tantangan yang dimaksud adalah kondisi kendaraan dan psikologis pengemudi.
"Kegagalan pengereman mengancam mereka (bus dan truk). Sedangkan untuk kendaraan pribadi, mereka biasanya kehiangan kendali, mengalami understeer atau oversteer, karena selain turunan, dia juga belokan," kata Wildan.
Faktor kesalahan pengendara
Sementara itu, pakar transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Profesor Ofyar Z Tamin, dalam wawancara dengan Kompas.com tahun 2019 menyebut selain kondisi jalan, kesalahan pengendara atau human error juga turut berkontribusi pada seringnya kecelakaan di Tol Cipularang.
Tamin menyebutkan, jalanan yang mulai menurun di tambah beban massa dari kendaraan membuat laju kendaraan bertambah cepat.
Itulah mengapa pengemudi harus konsentrasi penuh.
"Saat mendesain dan membangun jalan ada yang disebut kecepatan rencana. Artinya, kendaraan akan aman jika melaju baik saat memasuki tikungan atau jalan menurun berada di bawah kecepatan rencana," ujar Tamin dikutip dari artikel Kompas.com, (3/9/19).
Editor | : | Dida Argadea |
KOMENTAR