Namun ketika lensa kaca merah pada salah satu lampu sinyal terlepas dari soketnya, dan menunjukkan cahaya putih, menyebabkan tabrakan rel.
Akhirnya mereka mengganti warna putih dengan kuning.
Namun, perusahaan kereta api menjadikan warna hijau sebagai tanda 'jalan' untuk menggantikan lampu putih.
Kemudian, kuning dipilih untuk menunjukkan kapan kereta harus berjalan dengan 'hati-hati', sebab ia mudah dibedakan dari warna lain.
Ketika lampu lalu lintas di jalan raya dipasang, standar warna lampu tersebut kemudian ikut diaplikasikan.
Kecuali di Jepang, kalian akan menemukan beberapa lampu lalu lintas dengan warna biru yang menggantikan hijau.
Diperkirakan merah dipilih sebagai warna berhenti karena ia telah digunakan selama berabad-abad untuk menandakan 'bahaya'.
Dikutip dari laman Connecticut Post, pada 1840-an, perkeretaapian Inggris mengadopsi sistem sinyal bendera, lampu, dan semafor.
Di mana warna merah berarti 'bahaya', putih berarti 'keselamatan', dan hijau berarti 'hati-hati'.
Pemilihan warna tersebut terinspirasi dari awal industrialisasi, saat mesin pabrik menggunakan warna merah untuk menandakan peralatan 'mati' dan 'hijau' saat dihidupkan.
Selain itu, secara tradisional merah melambangkan bahaya, dan hijau memberikan pengaruh yang lebih menenangkan.
Lalu ilmu optik yang memperkuat pilihan tersebut.
Warna merah juga memiliki gelombang terpanjang dalam spektrum tampak dan kecil kemungkinannya untuk diganggu oleh sumber cahaya lain.
Artinya, saat melewati molekul udara, cahaya merah lebih sedikit tersebar, sehingga dapat menjangkau jarak yang lebih jauh.
Itulah sebabnya ketika dalam kondisi kabut atau debu di udara, lampu merah dapat menembus dan terlihat paling baik.
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR