GridOto.com - Ajang drag race adalah salah satu yang paling banyak penggemarnya di Indonesia.
Selalu ramainya drag race bahkan sudah terjadi sejak era awal 2000.
Salah satu cerita soal ramainya ajang drag race ini datang dari Tuban, Jawa Timur, pada 2001 silam.
Bahkan saking ramainya sampai membuat pembalap ogah start.
Akibatnya bisa ditebak, penonton mengamuk hingga trek hancur lebur.
Dari awal para pembalap terutama yang dari luar Tuban sudah menduga bahwa lomba yang digelar pada tanggal 20 Mei 2001 itu bakal kacau.
Bayangkan, jalan untuk trek lebarnya cuma 12 meter dan dibagi dua jalur, sehingga masing-masing cuma selebar 5 meter lantaran terpotong pembatas tengah, sementara panjang pengereman 300 meter.
Sementara itu tempat buat penonton cuma berupa trotoar jalan selebar satu meter.
"Jelas enggak mungkin cukup buat penonton yang pasti jumlahnya ribuan, apalagi makin siang penonton juga bertambah, tentu akan makin menyeruak ke tengah hingga trek menyempit," kata Rovino, dikutip dari tabloid OTOMOTIF edisi No.03/XI Senin, 28 Mei 2001.
Baca Juga: Otojadul: Nostalgia Suzuki RGR 150 dari Generasi ke Generasi, Bapak Kamu Pernah Punya yang Mana?
Prediksi Rovino yang kala itu membalap untuk tim ARM asal Surabaya tersebut ternyata tak meleset.
Namun panitia yakin muat, karena trek sengaja dibikin 402 meter.
Benar saja, baru melombakan dua kelas panitia terpaksa tidak melanjutkan acara karena penonton menghalangi lintasan.
Petugas keamanan segera bertindak menertibkan, namun tak lama kejadian itu terus berulang.
"Capek menertibkan penonton, mereka selalu maju lagi," keluh salah seorang petugas keamanan dari Polres Tuban.
Sudah trek makin sempit,"Berapa kali sensor dilanggar penonton, petugas finish kan pegel jugamesti ngeset sensor ulang," komentar I. Komang Ferry selaku pengawas lomba saat itu.
Baca Juga: Otojadul: Lahirnya Yamaha Jupiter, Basisnya dari Vega tapi Banyak Inovasinya
Sebagai pengawas lomba ia tak bisa berdiam diri.
"Enggak bisa dehkalau kayak gini terus, mau enggak mau harus dihentikan," tambahnya.
Penonton yang makin sulit dikendalikan akhirnya membuat seorang kru tim asal Surabaya mendatangi tenda panitia.
"Kalau begini terus kami atas nama para pembalap dari Surabaya tak mau start!" ujarnya lantang.
Tim lain asal Malang, Gresik, Banyuwangi, Kediri dan beberapa daerah lain juga ikut mendukung.
Salah seorang penonton berteriak, "Aah..balapan apa ini, ayo anak-anak kita bubar minta balikin duit tiket."
Serentak penonton lainnya menyambut dengan teriakan pula, "Duit balek..duit balek (balikin duit)."
Berbondong-bondong para penonton menuju tenda panitia.
Beberapa dari mereka tiba-tiba mengangkat tumpukan ban pembatas jalurdan menghamburkannya ke tengah jalan.
Begitu juga dengan karung pemisah trek yang berisi kulit gabah kering disobek, lalu isinya ditebar sepanjang trek.
Baca Juga: Otojadul: Kontroversi Kemenangan Hendriansyah Si Dewa Road Race di Kejurnas Tahun 2002
Tak mau ambil risiko diamuk penonton, para pembalap, mekanik serta kru yang lagi nongkrong di paddock langsung cabut ke hotel tempat mereka menginap.
Tapi di tengah jalan mereka dicegat penonton yang marah.
Jeriken berisi bensin milik para tim dirampas dan disiram ke ban dan gabah, lalu dibakar.
"Untung mereka enggak merusak motor kami, cuma minta jeriken bensin tok, mereka juga malah nanya, kecewa ya Mas?" ujar Inoe, panggilan akrab Rovino.
Yup, akhirnya drag race Tuban itu kacau dengan sukses akibat panitia yang kurang persiapan.
Maunya minimalis, eh hasilnya malah bikin jantung kembang kempis.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR