GridOto.com - Jauh sebelum PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) membuat mobil nasional, Bacharuddin Jusuf Habibie (B.J. Habibie) sudah lebih dulu ingin membuatnya.
Mobil nasional yang bernama Maleo itu tercetus saat B.J. Habibie masih menjabat Menteri Riset dan Teknologi atau sebelum dipilih menjadi Presiden Indonesia ke-3.
Nama Maleo sendiri terinspirasi dari salah satu burung endemik Indonesia bagian timur yang memiliki nama lengkap Maleo Senkawor.
Pada kala itu, Maleo dirancang menjadi mobil sedan dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 67 persen.
Baca Juga: Otojadul: Cerita Pengembangan Mobil Nasional Timor Borneo, SUV Mewah dari Basis Lamborghini
Melansir Tabloid OTOMOTIF No.29/VII Senin 24 November 1997, mobil nasional yang dibanderol Rp 25 juta itu siap diproduksi mulai Oktober 1998.
Dengan harga Rp 25 juta, rencananya Maleo akan menggendong mesin dari Orbital Engine Company (OEC) Australia.
Mesin tersebut adalah Orbital Combustion Process (OCP) 3-silinder 2-tak berkapasitas 1.200 cc yang diklaim mampu menyajikan tenaga 70 dk dan torsi 130 Nm.
Walaupun mesin 2-tak terkenal dengan asapnya banyak, David Shawcross yang kala itu menjabat sebagai manajer commercial engineering OEC menegaskan kalau mesinnya memiliki keunggulan tersendiri.
Baca Juga: PSBB Total Bikin Penjualan Mobil Nasional Anjlok Lagi? Ini Komentar Toyota dan Honda
Pertama, David menilai mesin OCP lebih sederhana (339 parts vs 559 parts) dibandingkan mesin 4-tak biasa.
Alhasil bobotnya lebih ringan dengan perbandingan 85 kg (2-tak) dan 120 kg (4-tak) serta harga lebih murah.
Sementara untuk desain bodinya digarap di Millard Design Australia Pty Ltd, dengan mengusung gaya modern tahun 1990-an.
Bahkan dalam rancangannya, sedan berpenggerak roda depan itu digadang-gadang akan memiliki empat pintu mirip Toyota Starlet.
Baca Juga: Blak-blakan Kukuh Kumara : Pasar Mobil Nasional Terkoreksi Hampir Setengahnya
Proyek mobil nasional yang ditangani oleh PT Maleo Emtiga dan dimanajemeni Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) itu sudah direncanakan dengan matang.
Dana yang sudah dipersiapkan pun terbilang tidak sedikit, yakni 800 juta dolar Australia pada tahun 1990-an.
Anggaran tersebut disiapkan untuk memproduksi 4.000 unit dalam tahap pertama (1998) dan kalau sukses ditingkatkan menjadi 1.500 unit di tahun 1999.
Tak berhenti di situ, namun produksi Maleo untuk tahun 2002 sudah direncanakan pada saat itu, yakni 60.00 unit.
Baca Juga: Otojadul: Cerita Timor SW516i, Station Wagon Buatan Anak Bangsa di Era 1990-an
Angka-angka tersebut dipatok dengan alasan harganya bakal terjangkau untuk masyarakat domestik dengan tingkat ekonomi menengah-bawah.
Agar harganya bisa sesuai target, Habibie pun berupaya merangkul sejumlah perusahaan komponen.
Tak hanya dari anggota GIAMM, tapi juga mengundang pengusaha dari Hema Hodiroglik Maknasan VE Turki, Spanyol dan Italia untuk membangun industri komponen di Tanah Air.
Sayangnya kondisi politik yang tengah bergejolak di tahun-tahun tersebut menggagalkan Maleo untuk diproduksi secara massal.
Editor | : | Fendi |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR