Sebagian besar berasal dari motor penggeraknya sendiri, yaitu motor DC yang menggunakan tegangan 110 volt.
Motor yang cuma bisa menghasilkan tenaga setara 5,5 dk (4,5 kW) itu bobotnya 150 kg lebih.
Di lain hal, aki sebanyak sembilan buah juga mencapai bobot hampir 100 Kg.
Ditambah lagi, sistem pemindah daya dan chassis yang menggunakan beso profil U.
Baca Juga: Otojadul: Ingat Sama Fitur Kemanan Khas Kymco? Bisa Bikin Maling Bingung Lho
Lantaran itulah, aki cuma bisa digunakan untuk menempu jarak 45 km bila melaju dengan kecepatan 40 km secara konstan.
Sedang kecepatan tertinginya cuma 45 Km/jam.
"Kami berusaha untuk menggunakan bahan yang ada dalam negeri. Dan terus-terang motor DC-nya jenis stasioner yang digunakan pada industri," aku Ady lebih lanjut.
Yup, saat itu pabrikan mobil di negara lain juga sudah mengembangngkan mobil listrik, namun dengan motor DC tanpa borstel (brushless), asinkro.
Jelas beda dengan yang dikembangkan oleh ITS Surabaya saat itu.
Menurutnya Ady, salah satu alasannya adalah pihaknya masih kesulitan untuk mendapatkan motor listrik yang baik.
"Karena motornya terlalu besar, kami pun kesulitan untuk memasangnya langsung pada roda," ungkap Ady dan temannya.
Kalau dipasang pada roda,maka mobil yang menggunakan an skuter Vespa itu, motor listriknya bisa menyentuh tanah.
Baca Juga: Otojadul: Harley-Davidson Enggak Didapat, Honda CB200 Pun Dirombak
Padahal, sebenarnya pengembangan mobil listrik saat itu cenderung langsung menempatkan komponen motor atau rotor sebagai poros roda.
Atau kalau masih menggunakan transmisi, motor memindahkan putaran secara linier.
Nah, pada Widya Wahana II, masih digunakan diferensial, karena motornya dipasang memanjang.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR