GridOto.com - Nama Toyota Kijang jelas akrab dengan orang Indonesia.
Pasalnya umur mobil ini cukup panjang, sejak 1988 hingga kini bertransformasi menjadi Innova.
Populasinya pun banyak karena Kijang pernah jadi mobil terlaris di era awal ia mengaspal, bahkan hingga kini siapa yang tak pernah melihat Innova di jalanan?
Bicara soal Kijang, ada salah satu inovasinya yang sekaligus jadi 'resep' kenapa ia bisa terus digemari konsumen.
Baca Juga: Otojadul : Sarat Keringat dan Air Mata Membangun Replika Ford 1932
Inovasi ini dimulai sekitar tahun 1992, di mana saat itu sebenarnya Kijang masih jadi nomor satu di Indonesia.
Meski begitu Toyota Astra Motor tahu betul kalau ada saingan yang potensial saat itu, yakni Isuzu Panther.
Sebagai langkah antisipasi mempertahakan pasar, bodi Kijang pun disempurnakan.
Caranya adalah dengan membuat bodi Kijang hadir tanpa dempul, bolehlah dinilai sebagai evolusi dalam industri karoseri Indonesia setelah full pressed body.
Dan ini berarti, proses pengecatan karoseri Kijang yang dibuat di Indonesia sudah sama dengan sedan.
Baca Juga: Otojadul: Jeep Wrangler Gado-gado Bermesin Kijang, Tenyata Aslinya...
Ini memang salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan bodi menangkal karat.
Maka sebutan baru pun diberikan, Toyota Original Body.
Yup, proses perakitan bodi Kijang diubah, misalnya dengan jumlah panel dan sambungannya menjadi lebih sedikit.
Bila pada Kijang lama, pintu samping belakangnya terdiri empat komponen yang kemudian dilas, kini cuma tinggal satu.
Begitu juga dengan atap, dinding samping dan pintu belakang.
Di samping itu, cara pengelasan antara komponen bodi juga diganti dengan yang lebih meyakinkan, yakni dari CO2 menjadi las titik.
Baca Juga: Otojadul: Sekarang Jadi Buruan, Ternyata Segini Harga Baru Yamaha RX King dan F1ZR di Tahun 2000
Lewat cara ini, sambungan menjadi lebih kokoh dan tidak banyak merusakkan struktur bahan bodi.
Selanjutnya, juga dilakukan perbaikan pada alat perakitan alias jig.
Cara-cara di atas memang suatu pilihan yang tak bisa dihindarkan dan harus dilakukan.
Soalnya, bila bodi dikerjakan seperti cara lama, hasil pengecatan akhir akan jelek.
Sambungan-sambungan akan menonjol, dan peluang karat menerobos bodi makin besar.
Selain urusan pengecatan, penggunaan lapisa antikarat dilakukan secara celup (deeping) pada seluruh bodi agar daya tahan dari serangan karat lebih kuat.
Dengan meratanya lapisan pada permukaan bodi, cat yang disemprotkan ke permukaan lapisan antikarat gampang menyatu.
Warna yang dihasilkan cat pun lebih cemerlang ketimbang permukaan dempul.
Memang sih dempul juga bisa menahan karat, tapi ada problem-nya juga.
Antara lain bertambahnya bobot, bila kering cenderung mengeras, lantas mengelotok dari bodi, kan males.
Di samping bodi tanpa dempul, Kijang juga bersolek diri.
Baca Juga: Otojadul: Inilah Big Skutik Jadul Suzuki Namanya Sky Wave, Dulu Harganya Setara Carry
Terutama untuk jenis minibus tipe GL dan DLX.
Gril radiator dan lampu depan diubah.
Malah untuk lampu, selain menggunakan model lampu segi empat bersudut, jenisnya juga diganti dengan halogen.
Sedangkan bumper dibuat dari pelat baja.
Lantas lampu sein disatukan dengan lampu utama.
Untuk interior, perubahan yang cukup menarik adalah pada panel instrumen alias dasbor.
Warna baru dari dasbor dipilih abu-abu dan entuknya dibuat mirip milik sedan-sedan di masa itu.
Kijang juga dilengkapi perlengkapan standar serba otomatis.
Antara lain power steering, power window, dan door lock, tachometer, serta sabuk pengaman.
Namun pada model lain, cuma ada tambahan sabuk pengaman.
Tempat duduknya, terutama depan dan tengah, modelnya sama dengan yang digunakan sedan.
Baca Juga: Otojadul: Cerita Timor SW516i, Station Wagon Buatan Anak Bangsa di Era 1990-an
Kemudian untuk mesin, meski basisnya masih sama dengan yang versi lama, tapi ada upgrade tenaga.
Dengan memperbaiki karburator, tali kipas dan saluran buang, tenaga Kijang naik dari 63 menjadi 72 dk pada 5.000 rpm.
Gimana soal harganya?
Di tahun 1992, Kijang tipe Grand Extra chassis pendek, ditawarkan seharga Rp 30.700.000 dan Chassis panjang Rp 31.500.000.
Kemudian Kijang Deluxe (SSX) casis pendek harganya Rp 24.300.000, dan chassis pendek standar (SX) Rp 21.050.000.
Sementara chassis panjang Deluxe (LSX) seharga Rp 25.050.000, dan chassis panjang standar (LX) Rp 21.700.000.
Harga di atas ditawarkan dalam keadaan kosong.
Dan kalau on the road diperlukan tambahan sekitar 15 persen lagi.
Gimana, sobat GridOto ada yang masih punya Kijang satu ini?
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR