Karena saat melihat modelnya mirip banget dengan mobil produksi dari Tingkok. Makanya dibilang cuma ganti logo doang alias menyontek. Selain itu komponen lokalnya cuma 60%, bukan 100%.
Sebenarnya tahapan yang dilakukan Esemka tidak salah juga. Wajar jika Esemka melakukan kerjasama dengan produsen merek lain untuk membuat mobil.
Karena membangun indutri otomotif itu tidak semudah membalik telapak tangan. Apalagi kalau harus mulai dari nol, wah bisa ketinggalan jauh nanti sama pesaing-pesaingnya.
Mobil nasional kita aja, yang sudah saya jabarkan di atas juga bekerjasama dengan produsen dari merek lain. Transfer teknologi memang dibutuhkan sebelum bisa mandiri.
Beberapa kelompok otomotif dunia seperti VW Group ataupun General Motors juga mengakuisisi merek lain. Hal ini kemudian dimanfaatkan lewat opsi sharing platform ke sejumlah model yang diproduksi.
Proton maupun Perodua yang tetangga terdekat Indonesia juga melakukan hal serupa.
Proton hingga kini masih menjalin kerjasama strategis dengan pihak Mitsubishi maupun Lotus. Lalu Perodua juga awet dengan kerjasamanya bersama Daihatsu.
Contoh yang sekadar ganti logo juga banyak. Ada Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia, Rush dan Terios, Dulu ada Suzuki Ertiga dan Mazda VX-1, Suzuki APV dan Mitsubishi Maven serta lainnya. Jadi ga usah pusing...
Lalu kenapa komponen lokalnya cuma 60%, kalah jauh sama mobil Jepang yang sudah di produksi di sini?
Wajar saja, karena ini tahun pertama Esemka diperkenalkan. Namanya juga bayi baru berumur 1 tahun wajar kalau masih mengumpulkan vendor lokal buat mendukung produknya.
Namun harus ada target peningkatan jumlah komponen lokalnya setiap tahun. Kalo tahun pertama 60%, tahun kedua naik jadi 80%, tahun ketiga baru 100%. Naiknya secara bertahap sambil membangun pasar.
Pekerjaan rumah berikutnya adalah membangun jaringan dan bengkel. Katanya sudah terjual banyak, tapi belinya dimana belum ketahuan. Terus terang saya juga penasaran sih pengin liat dealer Esemka.
Bahkan saat tim Gridoto mendatangi dealer Esemka yang terdeteksi ada di Google Map. Begitu didatangin, lokasinya sedang ada pembangunan, tapi untuk SPBU bukan dealer.
Selain itu, selayaknya Esemka juga terbuka dengan media untuk menginformasikan perkembangannya. Biar enggak banyak yang bertanya-tanya dan menduga. Bikin baper soalnya....
Masih memendam rindu?
Editor | : | Pilot |
KOMENTAR