GridOto.com – Mendengar nama Mercedes-Benz saja masyarakat mudah terpikir kalau itu merek mobil premium, apalagi ini merupakan sebuah E-Class, yang menjadi salah satu sedan tersohor Mercy dan terkenal luas akan kemewahannya.
Meluncur terakhir menyusul kakak-kakaknya, E 250 dan E 300, Mercedes-Benz E 200 Avantgarde merupakan varian termurah di antara semua E Class yang dijual di Indonesia saat ini.
Banderolnya Rp 999 juta (off the road), lebih murah dari kakak-kakaknya seperti paling dekat E 250 yang dijual Rp 1,129 miliar (off the road).
Lantas dengan statusnya sebagai varian entry, apakah akan mengurangi kenyamanan dan rasa mewah Mercedes-Benz E 200 Avantgarde?
Dimulai dari tampilan.
Mercedes-Benz E-Class generasi ketiga ini bisa dikatakan mirip saja dengan kakak-kakaknya, tak lain karena mengusung bodi berkode serupa yakni W213.
Kemiripan juga terlihat di bentuk headlamp, grill, hingga bumper yang tak beda antara E 200, E 250 dan E 300, tapi memang pelek besar 19 inci dan atap sunroof+panoramic hanya ada di E 300.
Itu kabar baik mengingat kastanya sebagai entry level, dilihat dari luar si E 200 Avantgarde ini nyaris sama mewahnya dengan kakak-kakaknya.
Di interior, mirip-mirip juga dan yang membedakan hanya detail-detail kecil seperti panel dasbor aluminium yang sama antara E 200 dengan E 250 dan kamera parkir 360 + sistem audio Burmester yang khusus untuk E 300.
Selebihnya sama premiumnya, terlihat dari material kulit Artico yang membungkus jok dan trim, juga layar besar nan atraktif plus Ambient Lighting yang membuat pengendaraan malam hari terasa makin spesial.
Lalu kepraktisan.
Tersedia banyak tepat penyimpanan di seantero kabin baik untuk penumpang depan maupun belakang, tergambar dari total 8 buah cup holder ditambah aneka wadah penyimpanan lain seperti doortrim depan-belakang, laci dasbor yang besar, wadah konsol tengah, dan laci konsol tengah.
Kepraktisan E 200 juga terlihat dari pelipatan sandaran jok belakang hingga berdampak positif pada akomodasi ruang kargo.
Jika dibutuhkan, sandaran jok belakang bisa dilipat sehingga tersedia ruang yang cukup untuk membawa barang berdimensi panjang seperti lemari lipat atau rak.
Sebagai sedan luks berukuran besar, E 200 dianugerahi akomodasi yang lega.
Ketika jok pengemudi diset secara nyaman untuk tester bertinggi badan 168 cm, legroom untuk penumpang belakang masih menyisakan 15 jari.
Legroom itu luas sekali dan jelas membuat penumpang belakang jadi mudah berselonjor.
Headroom juga begitu, cukup memadai dan jauh dari kata sempit bahkan untuk penumpang bertinggi lebih dari 190 cm.
Di bagasi terdapat ban cadangan dengan format hemat tempat (space saver), namun tetap memakan kapasitas jika dibanding tidak ada ban cadangan sama sekali.
Ban cadangan itu seperti ‘tambahan’ karena diletakkan di atas lantai meski sudah dilengkapi hook agar tidak bergeser ketika mobil bermanuver.
Bicara fitur, kendati E 200 merupakan varian termurah, namun ini tetap sebuah E-Class sehingga ekspektasi kami sebagai tester tetap tinggi.
Bagaimana hasilnya?
Mercedes-Benz E 200 Avantgarde ini memiliki layar visual 12,3 inci yang atraktif lagi informatif.
Layar ini terkoneksi antara panel instrumen depan pengemudi, dengan layar headunit yang berada di area tengah dasbor.
Layar yang sangat lebar ini menyajikan banyak informasi seperti pengaturan mode berkendara (Dynamic Select), climate control, kamera parkir, audio, hingga telefoni yang tersaji dengan resolusi tajam dan infografis yang mudah dicerna.
Mercedes-Benz E 200 Avantgarde dilengkapi fitur parkir otomatis Parking Pilot.
Fitur ini sungguh memudahkan karena selain hasilnya presisi, pilihannya juga banyak seperti parkir mundur, parkir maju, hingga parkir paralel.
Hadirnya Parking Pilot terasa istimewa karena rivalnya, BMW 520i Luxury Line tidak memiliki fitur parkir otomatis dan baru ada di varian di atasnya yakni BMW 530i.
Fitur lain yang ada di Mercedes-Benz E 200 Avantgarde di antaranya: paddle-shift, tombol start-stop, pintu bagasi elektris, wireless charger, auto lamp, wiper dengan rain sensor, auto start-stop, Apple CarPlay+Andorid Auto, 8 airbags, ESP, Brake Assist, Adaptive Brake, tyre pressure monitoring system, hingga Ambient Lighting dengan 64 pilihan warna dan 3 zona.
Terdengar sempurna? Tidak juga, karena sayangnya keyless entry malah tak ada sehingga pengemudi masih ‘direpotkan’ memencet tombol remote saat hendak masuk ke kabin.
Saat mesin dinyalakan, dari luar suara mesin itu terdengar kasar, dan jauh dari kesan mewah.
Cukup mengagetkan karena ini terjadi di produk sekelas Mercedes-Benz.
Mercedes-Benz E 200 Avantgarde dibekali mesin 4 silinder turbo berkapasitas 1.991 cc.
Tenaga maksimumnya di angka 184 dk dengan torsi 300 Nm yang lalu diteruskan via girboks otomatis 9 percepatan ke roda belakang (RWD).
Saat kami tes akselerasi, 0-100 km/jam diselesaikan Mercedes-Benz E 200 Avantgarde dalam kurun 8,1 detik.
Sebenarnya kencang, tapi kenyataannya angka itu masih kalah cepat dari BMW 520i yang bisa melakukannya dalam 7,8 detik.
Lalu di konsumsi BBM rute Dalam Kota, Mercedes-Benz E 200 Avantgarde meraih 10,6 km/l dan di rute Tol dengan catatan 16,9 km/l.
Sayangnya kekedapan kabin tidak begitu impresif terutama soal road noise yang terlihat di kecepatan 60 km/jam, ia menghasilkan suara sebesar 61 dB.
Sekadar info, BMW 520i Luxury Line mampu meraih 54,7 db yang artinya lebih hening saat berjalan.
Tapi enaknya bantingan suspensi tepat seperti harapan kami, lembut mengayun, tanpa harus terasa lemah.
Ketika melindas lubang atau polisi tidur, guncangan di kabin terasa minim dan itu menghasilkan pengendaraan yang sangat nyaman bagi seluruh penumpang.
Busa jok juga empuk plus tekstur dari kulit Artico yang enak tersentuh kulit.
Sandaran jok belakang yang cukup rebah juga menghasilkan suasana kabin yang lebih rileks, enak buat penumpang belakang karena memang mobil ini passenger oriented.
Besar kemungkinan sang empunya mobil duduk di jok baris kedua dan menggunakan jasa supir untuk bermobilitas.
Meski begitu, bisa kami katakan bahwa fun to drive E 200 tetap dalam taraf yang diharapkan.
Manuver mobil mudah terprediksi berkat handling akurat dan bobot setir yang pas.
Shifting di mode manual juga mengasyikkan karena ada paddle-shift di balik kemudi.
Gejala turbo lag juga masih ada, meski pun minim, namun itu pun mudah diatasi dengan masuk ke mode Sport atau mode manual untuk putaran mesin yang lebih sesuai.
Bagi kami, meski Mercedes-Benz E 200 Avantgarde memang berorientasi pada penumpang, tapi kami tak keberatan menjadi pengemudi karena rasa fun yang diberikannya.
Bisa kami katakan, benar bahwa Mercedes-Benz E 200 Avantgarde merupakan varian termurah E-Class, namun kemewahannya tetap terjaga dan dilengkapi fasilitas-fasilitas yang sangat baik untuk ukuran mobil di kelasnya.
Jangan lupakan juga bahwa E 200 adalah Mercedes-Benz, dan di level entry pun gengsinya tetap kuat sebagai mobil premium.
Editor | : | Trybowo Laksono |
KOMENTAR