Dalam kesempatan berbeda, pelaku lain mengaku kejahatan jalanan biasanya bersifat spontan.
Mereka tidak memantau calon korban dalam waktu yang lama. Sekali melihat ada peluang langsung eksekusi.
Hal itu menjadi prinsip Amir Sarifudin (39), seorang pelaku kejahatan jalanan yang kini mendekam di tahanan Polrestabes Semarang.
Pria asal Lampung itu masih terlihat pincang saat berjalan.
Maklum saja, dua minggu lalu timah panas menghujam kaki kirinya saat diringkus polisi di sebuah hotel di Bandungan, Kabupaten Semarang.
(BACA JUGA: Polisi Tangkap Begal Sadis, Pelaku Menyangka Korbannya Sesama Begal)
Amir merupakan eksekutor perampasan disertai kekerasan dengan modus menyekap korban di dalam mobil, lalu membuangnya di tepi jalan.
Kepada Tribun Jateng, ia mengaku mulai melancarkan aksinya sejak awal 2018.
"Awalnya beraksi di Yogyakarta, lalu sempat ke Solo, Klaten, Magelang, Ponorogo, sampai akhirnya di Semarang," tuturnya.
Dalam beraksi, Amir sudah melanglang buana di berbagai kota. Sasarannya adalah seorang wanita tua yang lemah, mudah panik, dan butuh tumpangan.
Setelah masuk ke mobil, ia tidak segan memukuli, hingga seluruh harta benda yang dibawa diserahkan.
Dengan metode demikian, hasil rampasannya tidak banyak. Dari beberapa kali ia merampas, hasilnya hanya Rp 200 ribu-Rp 500 ribu.
"Tapi di Semarang beda, sekali beraksi hasilnya lumayan," ungkapnya.
Semarang, menurutnya, menggiurkan.
(BACA JUGA: Begal Masuk Daerah Ini Pilihannya Cuma Dua; Ditembak Kaki atau Ditembak Mati!)
Pertama kali merampas di Semarang pada 4 Februari 2018, ia berhasil menguras uang tunai Rp 5 juta, perhiasan senilai Rp 3,3 juta, dan ponsel.
"Kalau ditotal setelah dijual dapat 11 jutaan dari satu orang saat itu.
Uangnya habis buat seneng-seneng sama kebutuhan sehari-hari," bebernya.
Beraksi di Semarang pun membuatnya kecanduan. Selang sebulan, Amir kembali beraksi.
Jika aksi pertama di Jalan Setiabudi, Banyumanik, aksi kedua tidak jauh bergeser, yakni di Jalan Tusam Raya, Pedalangan.
Dari aksi kedua, ia mendapat uang tunai Rp 3 juta, kalung emas 24 gram, empat buah cincin emas, dan ponsel. Jumlah yang tidak sedikit.
"Kami keliling-keliling saja di sekitar Banyumanik, Undip, Jatingaleh, kalau ada ibu-ibu kelihatan mencolok, jalan kaki, kami panggil dan tawari tumpangan," tukasnya.
Editor | : | Iday |
Sumber | : | Tribun Jakarta |
KOMENTAR