Meski penjahat, Boby mengaku sangat memperhatikan betul dampak dari tindakannya, khususnya dari segi hukum.
Sehingga, sebisa mungkin ia menjalankan aksi secara rapi tanpa perlu melakukan tindakan yang akan memperlama masa hukuman.
"Sejauh ini saya belum pernah tertangkap petugas. Bunuh orang juga tidak pernah, tapi kalau bacok pernah, itupun terpaksa karena ketika membegal korban melawan," ujarnya.
Menurut dia, sekarang ini semakin banyak orang yang bekerja seperti dirinya. Bahkan, ada perkampungan di Semarang yang remajanya banyak menjadi pembobol rumah maupun begal.
Menjadi begal baru ditekuninya setahun terakhir. Korban pertamanya dulu merupakan laki-laki pengguna sepeda motor. Caranya, kendaraan korban dipepet, lalu ia turun dan menodongkan pedang.
(BACA JUGA: Terluka Karena Lompat Dari Jalan Layang, Begal Motor Tetap Jadi Bulan-Bulanan Warga)
Sama seperti membobol rumah, aksi pembegalan sering dilakukan Boby di wilayah Semarang bagian timur.
Dari hasil pertamanya itu, ia mendapatkan handphone dan sepeda motor korban yang laku dijual seharga Rp 1,5 juta.
Sama halnya dengan begal, aksi jambret dilakukan lebih singkat. Ia biasa mengincar orang yang bermain handphone.
Setelah dirampas, Boby lalu pergi seketika membonceng seorang rekannya menggunakan sepeda motor.
(BACA JUGA: Video Polisi Jadi Bahan Tertawaan Pemotor di Belakangnya, Kenapa Ya?)
Boby tahu betul pekerjaan itu berisiko terhadap nyawanya. Tetapi, hal itu terpaksa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan.
Sejauh ini, keluarga dan saudara tidak pernah tahu pekerjaan yang dilakukannya.
Jika aksi pembobolan maupun kriminalitas mencuat ramai di Kota Semarang, ia terpaksa pindah ke kota lain atau sementara berhenti bekerja.
Sebagai gantinya, Boby bekerja sebagai buruh bangunan.
"Jadi buruh bangunan sebagai sampingan," tukasnya.
Editor | : | Iday |
Sumber | : | Tribun Jakarta |
KOMENTAR