Balap ketahanan 24 jam umumnya melibatkan perjalanan sejauh 3.500 hingga 4.000 km dengan menggunakan satu motor saja.
Sebaliknya, motor MotoGP hanya digunakan sekitar 500 km dari sesi latihan hingga balapan selama akhir pekan, dan itu pun pembalap memiliki dua motor meskipun yang satu hanya sebagai cadangan.
Dengan demikian, dalam satu balapan 24 jam, motor balap ketahanan dapat menempuh jarak setara dengan tujuh Grand Prix.
Selama musim MotoGP, motor MotoGP biasanya menempuh sekitar 10 ribu km dengan menggunakan tujuh mesin yang biasanya diizinkan selama satu musim.
Secara kasar, perhitungan menunjukkan bahwa jarak maksimal yang dapat ditempuh oleh satu mesin motor MotoGP adalah sekitar 1.500 km sebelum pabrikan memilih untuk menggantinya, mengingat risiko kerusakan jika melebihi batas tersebut.
Untuk mengikuti balapan ketahanan 24 jam, diperlukan tiga mesin motor MotoGP, yang jelas melanggar konsep balap ketahanan yang menguji ketahanan satu motor.
Meskipun demikian, dalam balapan delapan jam seperti Suzuka 8 Hours dengan perkiraan jarak sekitar 1.200 km, satu motor MotoGP masih dapat digunakan.
Untuk meningkatkan jarak tempuh satu mesin motor MotoGP, dapat dilakukan beberapa adaptasi, seperti mengurangi rev mesin dan mengubah elemen-elemen tertentu untuk menyesuaikan dengan balap ketahanan.
Misalnya, pengurangan rev limit mesin dapat mengurangi tenaga maksimal mesin, tetapi diperlukan untuk meningkatkan ketahanan.
Adaptasi lainnya termasuk penggunaan sistem pengisian bahan bakar cepat dan kemampuan untuk mengganti beberapa bagian motor dengan cepat selama pitstop, yang tidak ada di MotoGP.
Dalam hal rem, material karbon pada rem MotoGP tidak sesuai untuk digunakan dalam waktu lama, sehingga perlu adaptasi pada penggunaan material baja yang lebih tahan lama.
Demikian pula, ban yang digunakan di MotoGP memiliki daya cengkeram yang kuat namun mengalami degradasi cepat, sehingga harus sering diganti dalam balap ketahanan.
Dengan demikian, meskipun motor MotoGP dapat diadaptasi untuk balap ketahanan, diperlukan penyesuaian dan perubahan regulasi agar motor tersebut dapat berpartisipasi secara efektif.