Lalu yang akhir-akhir ini menjadi sorotan adalah masalah keselamatan, yang bahkan dikeluhkan sebagian pembalap pada Safety Comission.
Siapa sangka, komponen aerodinamika ini secara terang-terangan dianggap membuat balapan MotoGP menjadi kurang seru dan lebih berbahaya.
"Masalah seriusnya adalah pembalap tak lagi bisa melakukan manuver menyalip secara normal, kau harus benar-benar dekat sebelum mendapat kesempatan menyalip," ungkap Pit Beirer dilansir GridOto.com dari Speedweek.
"Tapi ketika kau terlalu dekat dengan motor di depan, ban depanmu akan kepanasan, jadi kau harus menjaga jarakmu," jelasnya.
Hal itu semata-mata karena turbulensi akibat aliran udara kotor yang ditimbulkan aerofairing motor MotoGP.
Persis seperti masalah yang jadi evaluasi Formula 1 dalam beberapa tahun belakangan sebelum akhirnya membuat mobil generasi baru F1 2022.
Karena aliran udara kotor ini, motor MotoGP kesulitan untuk mendekati motor di depannya sehingga peluang menyalip menjadi minim.
"Jika kau keluar dari jalur slipstream saat akan menyalip, kau akan mendapat turbulensi yang membuat pembalap kesulitan menggendalikan motornya," sambung Beirer.
"Tapi jika pembalap memperlebar jaraknya, mereka terlalu jauh dari akhir trek lurus untuk memulai manuver menyalip dengan ride height device ataupun semacamnya," tegas Beirer.
Beirer mengklaim, banyak pembalap yang sepakat bahwa winglet ataupun aerofairing ini telah membuat balapan kurang seru dan lebih berbahaya.
"Sebagai hasilnya, ketidakpuasan soal winglet ini terus bertambah. Faktanya winglet ini adalah penyebab beberapa insiden dan jatuhnya pembalap, yang juga meninggalkan potongan winglet di lintasan, membuat masalah keselamatan lebih panjang lagi," ungkap Beirer.
Kejadian lepasnya winglet beberapa kali terjadi di musim ini, termasuk Remy Gardner yang bilang motornya jadi sulit dikendalikan gara-gara ada bagian winglet yang lepas.
Baca Juga: Curhat Danilo Petrucci di MotoAmerica, Crash dengan Kecepatan 280 Km/Jam Tanpa Pertolongan