Tapi akhirnya Rossi dan Yamaha rujuk mulai 2013 saat sang pembalap tidak cukup sukses bersama Ducati.
"Jorge Lorenzo memenangkan gelar buat kami di 2010 dan 2012. Jadi sangat rumit dan sulit membawa musuh bebuyutannya kembali. Valentino Rossi yang pertama mendekati kami dari tim lamanya. Beberapa di Yamaha tak mau dia kembali," lanjut Jarvis.
"Tapi aku melihat keuntungan soal brand dan meyakinkan bahwa membawanya kembali akan jadi hal bagus. Jadi aku bertemu dengan Valentino di rumahnya di Tavullia dan kami berbicara banyak. Itu momen spesial terhadap hubungan kami dan semakin dekat," tegasnya.
Jarvis-pun mengungkap, masa sulit sempat kembali terjadi pada 2015 silam.
Saat itu Rossi terlalu meluap-luap dan kehilangan akal sehatnya hingga akhirnya gelar juara ke-10 yang hampir digenggamnya lepas.
"Jika Valentino tidak melawan Marquez setelah Phillip Island, jika dia tidak meledak-ledak seperti itu dan Vale bisa saja memenangkan kejuaraan," sambungnya.
"Yang terjadi di 2015 adalah MotoGP mulai seperti sepak bola, dengan fans mulai menghina pembalap. Itu membuat balap motor berubah selamanya, cinta kepada balap malah menjadi racun," tegas Jarvis.