Ketika konsep dan desainnya sudah jadi, Aburizal Bakrie lalu meminta untuk membuat tujuh unit prototiep B-97.
Empat unit prototipe akan dites jalan di Leyland Technical Cener (LTC) sementara sisanya dibuat statis.
Kepala Proyek Bakrie Motor pada saat itu, Basoeki Soebiakto menuturkan, ada alasan tersendiri kenapa desainer B-97 memilih sasis konvensional ketimbang monokok.
"Konsep fondasi sasis membuatnya mudah dimodifikasi tanpa harus mengubah sasis desainnya," ujarnya, dikutip dari Tabloid OTOMOTIF No 14/VI terbitan 12 Agustus 1996.
Lalu untuk suspensi depan dibuat independen dengan mengandalkan sokbreker buatan Kayaba yang diproduksi di Indonesia.
Tak lupa, para teknisi juga memasangkan torsion bar yang dibuat sejajar dengan sasis untuk menggantikan peran per keong.
Hal tersebut membuat bantingan suspensi prototipe B-97 jadi empuk, sehingga pengemudi dan penumpang bisa merasa nyaman saat berkendara.
Supaya prototipe ini semakin stabil, dipasangkan stabilisator yang melintang dari kiri ke kanan yang berfungsi sebagai anti-roll bar.
"Satu-satunya mobil yang pakai anti-roll sebagai kelengkapan standarnya," kata salah satu staf engineering Bakrie Motor, Suryanto Hariadi.