"Dari Sydney sampai Darwin, peserta melintasi medan salju, jalan berbatu dan tanah keras. Tapi kondisi seperti itu hanya 20 persen saja. Sedang 80 persennya, merambah gurun pasir nan luas yang berada 8 hingga 10 meter di bawah permukaan Iaut," papar Bob.
Di sini peserta dituntut keberaniannya untuk mengembangkan kecepatan maksimum, yang bisa mencapai 250 km/jam. Terutama di dua SS paling panjang yang mempunyai jarak 300 km.
Ketika masuk ke Indonesia, peserta berhadapan dengan medan dan pemandangan yang sungguh lain. Hampir sebagian besar rute berada pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan Iaut.
Terlebih antara Larantuka sampai Ende, ada yang mencapai 1.700. Di situ peserta akan dapat menikmati, betapa indahnya panorama yang masih alami dengan aneka macam budaya masyarakatnya.
Bahkan pada rute tertentu menyisir pantai. Dari lautan, peserta kemudian dapat menikmati sejuknya udara pegunungan dan perkebunan. Kondisi itu ditemui mulai dari Pulau Dewata (Bali) sampai finish di Jakarta.
"Beda dengan PC. Sudah rutenya sangat berbahaya, ditambah ada beberapa negara yang dilalui terlibat konflik senjata. Kejadian seperti itu juga terdapat dalam reli Pharaoh di Mesir dan Paris-Moskow-Beijing. Sedang di SJ tidak ada," tandas Bob.
Ini yang menbuat dirinya yakin relinya bakal besar.
Baca Juga: Otojadul: Honda X-Wing, Motor Berteknologi Luar Angkasa pada 20 Tahun Lalu, Videonya Bikin Kagum
Selain rute, di soal peserta, Bob juga yakin. Dalam pementasan pertama, jumlahnya bisa mendekati PC. Ia memperkirakan akan diikuti sekitar 250 kendaraan terdiri dari 150 mobil dan 100 sepedamotor.
Untuk tiap mobil, dikenakan biaya pendaftaran Rp 8 juta lebih. Sedang sepeda motor Rp 5 juta lebih.
Mahal memang. Tapi tim tangguh seperti Citroen, Mitsubishi, Toyota, Nissan, Mazda, Isuzu, dan Subaru sudah menyatakan kepastian untuk ikut.
"Bahkan juara Paris-Cape Town 1991, Hubert Auriol dari Prancis memastikan diri. Termasuk juga Bjorn Waldegard (Swedia), Pierre Lartique (Prancis), Jacky Ickx (Prancis), Ari Vatanen (Finlandia), Kenjiro Shinozuka (Jepang), Kenneth Ericsson (Inggris), dan Patrick Tambay (Prancis)," jelas Bob.
Pereli kaliber dunia ini akan berlaga di kelas T3 (kendaraan prototipe). Sedang peserta lain yang berdatangan dari 16 negara boleh memilih.
Selain T3 jugaada T1 (mobil standar yang sudah homologasi) dan T2 (mobil yang dimodifikasi, tapi sudah homologasi).
Sedang motor dipertandingkan kelas G (standar), H (modifikasi) dan I (Prototipe).
Sayang hingga saat ini Reli Sydney-Jakarta belum juga terealisasi. Adakah yang ingin membangkitkannya lagi?