GridOto.com - Di awal era 2000-an, motor asal Tiongkok atau kerap disebut mocin banyak beredar di Indonesia.
Harga yang murah bikin mocin ini mendapat permintaan pasar yang cukup tinggi.
Tak heran banyak merek-merek mocin bertebaran saat itu, yang sayangnya urusan kualitas ternyata belum bisa menyamai merek Jepang.
Makanya jadi menarik untuk mencari tahu asal-usul merek mocin ini.
Di Otojadul kali ini GridOto punya arsip saat tim OTOMOTIF melakukan pantauan ke Mopei Zhe Chang, pusat onderdil terbesar di kawasan Yenchia Kang, kota Chongqing, provinsi Sichuan di China.
Banyak orang menyebut lokasi ini 'pasar gelap' mocin.
Di sinilah pusat perdagangan motor-motor murah berikut onderdilnya.
Di lokasi, berjejer banyak ruko yang menjual motor-motor produksi lokal.
Salah satu yang kami datangi ukuran rukonya cukup sempit, sekitar 3x4 meter.
Teras depan dipakai untuk memajang motor, sasis, serta tumpukan dus berisi onderdil macam karburator dan knalpot.
Masuk ke dalam, ada meja besar dengan dua telepon, juga dua kursi depan di hadapannya yang sebagian sudah mengelupas kulitnya.
Tiga poster besar bergambar produk berlabel Jianshe Motorcycles, Haizhimeng Motorcycle dan Yamaha SRZ 150 menghiasi dinding ruko.
Di sinilah Tan mengelola bisnisnya, jual beli mocin.
Komunikasi dilakukan pakai bahasa Mandarin, karena bahasa Inggris 'tak laku' di sini.
Untungnya saat itu OTOMOTIF ditemani Tonny Sumampau, yang kala itu menjabat presdir PT Buana Jialinh Sakti Motor (BJSM) dan Iwan Haryono, direktur BJSM.
Tadinya agak seret, tapi setelah meyakinkan bahwa kami serius ingin membeli motor buat dijual di Indonesia, baru Tan mau buka mulut.
"Mau beli model apa, ini sekarang lagi laris," katanya sambil menunjuk gambar bebek bermerek Jianshe JY110, dikutip dari tabloid OTOMOTIF edisi NO.23/X SENIN, 16 OKTOBER 2000.
Buat model bebek dengan rem cakram, motor itu harganya sekitar setara Rp 3 jutaan saat itu.
Dalam waktu setengah tahun sebelum OTOMOTIF berkunjung, Tan mengaku sudah ekspor sebanyak 9.000 unit ke Indonesia, dengan berbagai merek.
"Terserah Anda mau pesan merek apa," kata Tan.
Tunggu sebentar, artinya mocin yang beredar di Indonesia asalnya dari sini dong?
Kok bukan dari pabrik sebagaimana mestinya?
Baca Juga: Otojadul: Merasakan Atmosfer Balap Rally Pertama di Jawa, Anjing Pun Sampai Jadi Korban
Belum hilang rasa terkejut kami, Tan tiba-tiba mengeluarkan sebuah unit mesin utuh bermerek Loncin yang diembel-embeli tulisan 'Design In Japan'.
Menurut Tan, merek ini pesanan pembeli (importir umum) asal Jakarta, meski sayangnya ia tak mau buka rahasia.
Mesin buatannya ini pun digaransi 6.000 km atau setahun, mantul juga nih!
Pada dasarnya, Tan memang tak punya merek meski punya pabrik perakitan kecil-kecilan.
Makanya dengan begitu Tan bisa menyediakan mesin yang terserah pelanggannya mau dipasang merek apa.
Selain itu ia juga bisa menyediakan karburator, knalpot juga sasis.
Sementara part lain macam jok, sepatbor, ban dan lainnya bisa dicarikan ke ruko sebelah.
Pokoknya Tan bisa menyediakan motor utuh dengan merek apapun, meski tak disarankan olehnya.
"Jika benar Anda serius mau beli, sebaiknya jangan dalam bentuk utuh, pretelan lebih murah," timpal kolega Tan, sambil minta kartu nama kami.
Untuk pabrik perakitannya, menurut Tan sudah cukup dengan ukuran 800 meter persegi kami sudah bisa produksi 10.000 unit sebulan, dengan bantuan 20 karyawan.
Baca Juga: Otojadul: Honda Legenda Sempat Dianggap Mirip Mocin, Benarkah Kualitasnya Bikin Kecewa?
"Oke, berapa lama pesanan kami sampai ke Indonesia?," tanya Tom.
"Kira-kira satu bulan," jawab Tan.
Prosesnya memang cukup lama dan berliku.
Mula-mula dibawa lewat jalur darat ke pelabuhan Guangzhou atau Shanghai.
Baru dari situ motor dengan merek yang di negeri asalnya sendiri tidak ada, kemudian akan melintas samudra menuju Tanah Air, ajaib kan?
Pemerintah Cina bukannya tutup mata terhadap maraknya peredaran motor di Indonesia.
Termasuk mutu yang kerap dikomplain konsumen.
Untuk itu mereka sudah menunjuk Jia-ling Group sebagai ketua QC untuk ekspor.
Mereka juga tak mau gara-gara nila setitik, semua mocin kena getahnya.
Tapi mau bagaimana, banyak importir umum yang langsung pesan dari pasar gelap ini karena dianggap lebih gampang.
Baca Juga: Otojadul: Penonton Road Race Mojokerto Bebas Wara-wiri di Paddock Bikin Pembalap Gondok
Tak perlu melalui proses yang rumit untuk mendapatkan QC secara resmi dari Jia-ling Group.
Nah, begitulah sekelumit cerita tentang asal-usul mocin yang beredar di Indonesia.
Makanya banyak yang bilang mocin kualitasnya jelek, ya wajar saja asalnya juga cuma dari 'industri rumahan'.
Meski pun sebenarnya mocin yang masuk Indonesia lewat jalur resmi dan sudah melewati QC ekspor juga ada, seperti misalnya Beijing.