Blak-blakan Andi Setiawan: Kaca Film Terlalu Mahal, Enggak Masuk Akal!

Naufal Shafly - Senin, 9 September 2019 | 22:10 WIB

Andi Setiawan, Presiden Direktur PT Global Auto International. (Naufal Shafly - )

GridOto.com - Kaca film kini bisa dikatakan sebagai aksesori wajib dalam sebuah mobil.

Salah satu fungsi utamanya, menghalangi panas matahari masuk ke kabin mobil secara langsung.

Di pasaran, tak jarang ditemui kaca film premium yang banderolnya tinggi, hingga belasan juta.

Menurut Andi Setiawan, Presiden Direktur PT Global Auto International, distributor resmi Konica Minolta di Indonesia, kaca film yang dibanderol terlalu tinggi tidaklah masuk akal.

(Baca Juga: Blak-blakan Andi Setiawan: Kisah Dibalik Terpasangnya Kaca Film Konica Minolta di 'Semua' Xpander)

"Kalau harga itu dilihat dari besar atau kecilnya kendaraan. Rata-rata untuk produk high end itu ada di angka Rp 3 - Rp 5 jutaan," jelas Andi saat ditemui GridOto.com (9/9).

Menurutnya, di era dulu kaca film bisa mahal karena banyak orang masih berfikiran jika mobilnya dipakaikan kaca film, maka harga jual kembalinya lebih mahal.

"Makanya mereka bisa jual tinggi harganya. Karena brandingnya dan orang sudah percaya, karena gak ada kompetitor waktu itu," ucapnya.

Namun, kata Andi, kini situasinya berbeda.

Lewat informasi di internet, konsumen bisa lebih pintar dalam mencari informasi, sehingga penjual tidak bisa lagi memainkan harga sesuka hati.

(Baca Juga: Blak-blakan Prasetyo Edi: Polemik Pembebasan Ganjil Genap untuk Taksi Online)

"Kalau produk premium, range harga Rp 3 juta sampai Rp 3,5 juta itu masih make sense (masuk akal). Itu untuk mobil berukuran sedang kayak Toyota Innova dan lainnya," jelas Andi.

"Kalau mobil besar kayak Toyota Alphard, memang mungkin lebih mahal sedikit, sekitar Rp 4 juta sampai Rp 5 juta karena kan kacanya juga lebih besar. Itu masih make sense," tambahnya.

Menurutnya, saat ini mudah untuk mencari informasi kaca film berkulaitas yang sesuai dengan harganya.

"Kalau dia berani kasih harga mahal, customer bisa lihat brandnya dari mana, kalau dari Amerika, kelihatan gak (nama besar brandnya) di Amerika sana? kalau Jepang, kelihatan gak di Jepang?" imbuhnya.

(Baca Juga: Blak-blakan Dicky Heryanto : Membuka Potensi Pasar Oli Repsol, Mencoba Lepas dari Honda )



Ia menilai, brand besar tak akan berani bermain dengan harga dan kualitas, karena brandnya sudah besar.

"Yang brand gak jelas ini yang bahaya, customer bisa kemakan ocehannya penjual aja. Konsumen juga saya rasa udah pinter lah," sautnya.

Lalu, menurutnya, konsumen bisa melihat apakah brand kaca film tersebut dipakai sebagai OEM pabrikan atau tidak.

Jika brand itu dipakai sebagai OEM, artinya kualitasnya sudah pasti teruji.

Agus Salim/Gridoto.com
Andi Setiawan, Presiden Direktur PT Global Auto International, distributor resmi kaca film Konica Minolta,

(Baca Juga: Blak-blakan I Made Dana Tangkas: Dilema Esemka dan AMMDes, Harus Punya Perencanaan Matang)

"Karena enggak mudah masuk APM (untuk jadi OEM), dengan jumlah misalnya 5.000 sampai 6.000 unit per-bulan, itu pasti banyak yang ingin masuk. Persaingannya juga susah," ucapnya.

Selain itu, menurut Andi, APM juga pasti akan selektif memilih merek sebagai OEM produknya.

"Masing-masing APM punya perhitungan sendiri, dan yang paling penting dia dan konsumen tidak merasa dibohongi," tutupnya.