Berkat kemajuan dalam teknologi baterai, pergantian mobil di tengah-tengah balapan menjadi tidak dibutuhkan.
Kapasitas baterai mobil generasi kedua bertambah dua kali lipat menjadi 54 kW/jam, dan diimbangi oleh tenaga yang melonjak dari 268 dk menjadi 335 dk.
(Baca Juga: Jakarta Jadi Tuan Rumah di 2020. Ini 3 Hal Yang Bikin Formula E Beda Dari Seri Balap Lainnya!)
FE musim ini juga menghadirkan ‘Attack Mode’ serta perubahan format balapan, dari berbasis lap menjadi berbasis waktu 45 menit + 1 lap, untuk membuat balapan semakin sengit.
Tapi mobil generasi kedua dan perubahan regulasi tadi tidak terjadi hanya karena kebutuhan, tapi juga dimungkinkan oleh keadaan dunia otomotif pada beberapa tahun terakhir.
Kesuksesan Tesla sebagai produsen mobil listrik dengan Tesla Model S mereka mendorong teknologi baterai untuk mobil listrik berkembang karena adanya R&D.
Minat masyarakat, terutama generasi muda, terhadap moda transportasi alternatif yang ramah lingkungan juga mulai menguat pada periode waktu ini.
(Baca Juga: F1 Kalah! Ada 8 Pabrikan Mobil Ikut Balapan Formula E, Tahun Depan Nambah 2 Lagi, Ini Daftarnya!)
Terlebih lagi saat skandal ‘dieselgate’ Volkswagen terungkap, yang membuat mesin diesel jatuh pamor sebagai mesin ramah lingkungan dan membuat mesin listrik murni menjadi diminati oleh pabrikan-pabrikan besar.
Beberapa pabrikan yang ingin menguji teknologi mobil listrik mereka pun melirik FE sebagai tempat yang tepat untuk mempercepat proses research, dan tentunya image branding, mereka.
Karena itulah, tidak heran kalau sekarang, tercatat ada 9 pabrikan termasuk nama-nama besar seperti Nissan, BMW, Jaguar, serta Mercedes dan Porsche tahun depan, yang mengikuti FE.
Partisipasi pabrikan-pabrikan besar, mindset masyarakat yang berubah, mobil yang seksi, serta balapan yang tidak bisa diprediksi.
(Baca Juga: Jakarta Mau Gelar Balap Formula E? Harus Bangun Sirkuit Jalanan dan Ini Syarat-syaratnya!)
Empat faktor tersebut bersatu untuk mengubah FE dari seri balapan underdog menjadi seri balapan yang tidak kalah pamor dengan F1 dan MotoGP di banyak tempat di dunia.
Dan melihat banyaknya ‘pemain besar’ yang ada di FE, bukan tidak mungkin pabrikan-pabrikan lain juga akan melirik FE sebagai ‘tempat uji coba’ teknologi elektrifikasi mereka.
Pasalnya, cepatnya penetrasi kendaraan listrik di berbagai pasar otomotif dunia membuat pabrikan-pabrikan besar semakin gencar mengejar elektrifikasi kendaraan mereka.
Kita lihat apakah Formula E dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk memastikan tempat mereka sebagai raksasa motorsport masa depan.