"Jika dilihat dari segmen kostumernya Indonesia, seberapa baik product knowledge mereka," kata Hendrayadi lagi.
"Kalau kostumer yang sudah mature, dia akan melihatnya hanya lewat digital saja poin-poinnya lalu dia memutuskan untuk beli. Tapi kan orang seperti itu sudah punya edukasi yang tinggi, mereka sudah mengerti," lanjutnya.
Selain itu, dalam membeli sebuah mobil besaran investasi yang dikeluarkan oleh konsumen tidaklah sedikit.
Sehingga memasarkannya dalam bentuk digital dirasa belum cukup untuk menyakinkan konsumen dalam membeli produknya untuk saat ini.
"Kalau Daihatsu ini mengingat first time buyer kami ini kan porsinya masih cukup besar. Mereka ini adalah orang-orang yang masih ingin datang, lihat dulu mobilnya walaupun mobilnya sudah ada di jalan," ujar Hendrayadi.
"Bahkan kalau bisa datangnya beramai-ramai dengan keluarganya. Karena apa? ini kan merupakan nilai investasi yang menurut mereka sangat besar sekali, walaupun di rentang angka Rp 100 hingga Rp 200 jutaan," tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Amelia Tjandra, selaku Direktur Marketing ADM.
Menurutnya budaya masyarakat jadi salah satu kunci dalam memasarkan produk dengan cara digitalisasi, sebab masing-masing negara memiliki budaya atau kebiasaan belanja yang beda.
(Baca Juga : Blak-Blakan Winston Wiyanta : Kisah Ini Buktikan Winston Mandiri Meski Jadi Anak Bos Delima Jaya)