"Bannya dibuat di pabrik Clermont-Ferrand (Prancis) sebelum GP Belanda tahun lalu (30 Juni 2024). Kemudian dipindah ke Assen tapi tidak digunakan di sana. Disimpan di sana dan kemudian dibawa kesini untuk tes," balasnya, melansir Motorsport-Total.
"Selama itu bannya disimpan di kontainer dengan suhu terkontrol. Tidak ada bukti bahwa bannya memiliki masalah," jelasnya.
Taramasso pun sempat menduga Martin melaju agak lebih cepat saat sebelum insiden terjadi.
Kemudian dalam kesempatan lain, Taramasso mengklaim bahwa data motor menunjukkan bahwa tidak ada kesalahan ban saat insiden terjadi.
"Berkat data dari Aprilia selama 24 jam terakhir, kami dapat melakukan analisis mendalam," kata Taramasso.
Ia pun mengungkap bahwa ada perbedaan suhu signifikan antara permukaan ban dengan suhu bagian dalam casing yang menjadi penentu.
Sensor yang dipasang di velg Martin menunjukkan bahwa suhu internal ban belakang masih 15 derajat di bawah optimal.
Michelin membandingkannya dengan ban Marco Bezzecchi, dan hasilnya menunjukkan perbedaan suhunya.
"Kondisi lintasan yang licin, angin kencang, suhu yang lebih rendah dari biasanya, serta hujan pada malam sebelumnya membuat ban tidak siap. Ini menjelaskan kecelakaan secara sempurna," tegas Taramasso.
Baca Juga: Michelin Jawab Tuduhan Bos Aprilia Soal Crash Jorge Martin di Tes MotoGP Sepang
Namun pernyataan terbaru bos Michelin itu justru membuat Massimo Rivola semakin geram.
"Aku ingin menegaskan bahwa data kami sama sekali tidak mendukung pernyataan Piero Taramasso," jelas Rivola.
Ia pun tak mau lagi adu argumen dengan Michelin, namun langsung meminta ada pertemuan khusus untuk membahas masalah ini.
"Keselamatan pembalap harus menjadi prioritas utama. Aku sudah mengusulkan pertemuan dengan semua tim bersama Taramasso untuk membahas situasi ini secara konstruktif," tegas Rivola.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | Todocircuito.com |
KOMENTAR