Ia mengungkapkan, Wuling Air ev miliknya diisi daya dengan pola pengisian 75 persen (di rumah) 25 persen (di SPKLU)
"Terkait battery health, dari data service rutin terakhir di 10.000 km masih di angka 98,9 persen atau penurunannya sekitar 1 persen setiap 10.000 km," bebernya.
Berdasarkan klausul klaim garansi baterai Wuling yaitu klaim apabila kondisi baterai di bawah 80 persen, berarti nanti akan klaim setelah 200.000 km atau sekitar 10 tahun.
"Kalau secara hitungan saya sih, Rp 22 juta setahun. Setelah 10 tahun sudah mencapai Rp 220 juta, sudah mendekati harga beli mobilnya. Jadi masih termasuk kondisi yang value for money (dengan catatan dipakai jangka panjang, turunin ke anak aja klo bosen)," ungkapnya.
Karena hal tersebut, Didiet tidak merasa menyesal beralih dari Mazda CX-3 ke Wuling Air ev sebagai kendaraan hariannya.
"Sama sekali tidak ada penyesalan atas keputusan mensubtitusi kenyamanan & tenaga Mazda CX-3 dengan Wuling Air ev yang ternyata berhasil memberikan pengalaman menyenangkan," ujarnya.
Sebelum ditutup, Didiet memberikan catatan bahwa saving tahunan bisa meningkat apabila persentase pengisian daya di rumah ditingkatkan.
"Karena ternyata biaya ngecas di SPKLU itu lebih mahal sampe sekitar 67 persen dibandingkan ngecas dirumah (kondisi PPN masih 11 persen). Wow banget kan, saya bahas di reels selanjutnya," pungkasnya.
View this post on Instagram
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR