"Bawa ini di Qatar, dengan ini aku akan jadi juara dunia. Tapi saat di Sepang aku bertanya 'motor itu di mana?'. Aku menang dua balapan awal, Le Mans, itu hari terbaik dalam hidupku, aku memenangkan pertarungan melawan idolaku Valentino Rossi," jelansya.
"Tapi setelah di Barcelona ada gelombang perubahan. Aku tak memahami apapun. Kubilang jangan sentuh motornya," jelasnya.
Setelah itu motor Yamaha menjadi bermasalah dengan wheelspin berlebihan, yang kemudian terus dikeluhkan Rossi dan Vinales sampai beberapa tahun setelahnya.
Untungnya masa keemasan Yamaha kembali di tangan Fabio Quartararo, meski saat ini mereka menghadapi permasalahan lainnya.
Di Aprilia, Vinales juga meminta agar Aprilia memakai basis motor RS-GP 2023 dan tidak mengubahnya dengan motor baru.
"Saat aku mengakhiri 2023 di Valencia, aku hanya meminta dua hal, race start yang diperbaiki dan dengan motor yang sama. Itu karena aku mencintai motor itu," kata Vinales.
"Tapi di Sepang (tes pramusim) ceritanya berbeda. Itu adalah satu hal yang kusesali," lanjut pembalap asal Spanyol tersebut.
Pada 2023 RS-GP memenangkan dua balapan lewat Aleix Espargaro, sedangkan Vinales beberapa kali meraih podium penting.
Namun pada 2024 performa Aprilia agak turun, meski Vinales berhasil meraih kemenangan perdananya bersama skuat Noale tersebut.
Dilihat dari hasil secara keseluruhan, motor baru Aprilia malah kurang begitu bagus dibandingkan pendahulunya.
"Kupikir dengan motor 2023, dengan aero lebih, downforce lebih, itu adalah motor bagus. Aku tak tahu apa bisa bertarung dengan Ducati, tapi untuk top 4 masih bisa. Karena konsistensinya. kami tahu setting dan semuanya," jelasnya.
"Aku tak tahu, tapi ketika aku sadar semua sudah terlambat dan tidak mungkin kembali lagi. Jadi aku balapan sepanjang tahun dengan motor yang tidak kusuka," jelasnya.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | Paddock-GP.com |
KOMENTAR