GridOto.com - Kabar duka datang dari dunia otomotif, Wibowo Santosa selaku Owner Permaisuri Ban, tutup usia pada hari ini, Selasa (24/12/2024) di Bali.
Pria yang akrab disapa Bowo ini dikabarkan mengembuskan napas terakhirnya karena terseret ombak.
"Iya, Bowo Permaisuri wafat tadi siang.
Kabarnya terseret ombak saat berusaha menyelamatkan anaknya yang main surfing," tulis pesan yang GridOto.com peroleh dari grup WhatsApp.
"Turut berduka cita untuk om Bowo yang sangat baik dan sudah banyak membantu kita selama ini. RIP suhu per-velg-an Indonesia," sambungnya.
Jenazah almarhum saat ini berada di RS Siloam Denpasar, Bali.
Sebagai pemilik toko penyedia ban dan pelek ternama di Indonesia, Bowo dikenal sebagai sosok yang inspiratif di dunia otomotif.
Dalam suatu kesempatan, GridOto bertemu langsung dan mewawancarai Bowo tepatnya pada 2018 silam.
Saat itu, ia menceritakan kisahnya dalam mengembangkan bisnis ini.
"Kenapa namanya Permaisuri? Karena dulu yang melayani semuanya perempuan, itu anggotanya kakak-kakak saya," kata Wibowo Santosa.
"Perusahaan sebetulnya sudah ada sejak 1977. Hari ini tepat usia 41 tahun keberadaan kami. Sebelumnya, kami memiliki PT Aneka Ban yang dibikin ayah saya tahun 1964," jelasnya.
Baca Juga: Blak-blakan Wibowo Santoso : Pionir memanfaatkan Teknologi Informasi
Melanjutkan bisnis ayahnya, Bowo sukses membawa Permaisuri Ban bukan hanya dikenal sebagai penyedia ban atau pelek.
Tapi menjadi rujukan konsumen di Indonesia yang ingin memodifikasi mobilnya.
Bowo bercerita, dulu Indonesia selalu ketinggalan dalam hal tren.
"Kenapa di luar negeri sudah tren modifikasi pelek yang macam-macam, di sini masih pakai itu-itu saja, sudah ketinggalan zaman," ungkapnya.
"Jadi kami ingin Indonesia tidak ketinggalan zaman dengan tren di luar negeri. Gaya kita harus sama dengan gaya dunia," lanjut Bowo.
Sejak saat itu, Permaisuri Ban terkenal sebagai toko yang menganut global style.
"Visi kami ingin menawarkan produk terbaik, dengan tren terbaik saat ini," terangnya.
Selain karena pengalaman bisnis yang sudah turun temurun, prestasi Bowo di Permaisuri Ban rupanya tak lepas karena latar belakang pendidikannya.
"Saya dulu sekolah di Art Center College of Design, Pasadena, California, Amerika Serikat," kata Bowo.
Bisa dibilang kampus tempat Bowo menempuh pendidikan adalah Harvard-nya sekolah desain mobil.
"Masuknya susah, keluarnya lebih susah lagi. Saya pikir sekolah desain itu santai, ternyata celaka," aku Bowo.
Sebagai kampus seni, rupanya materi yang diajarkan tak melulu soal menggambar atau mendesain.
"Tapi berpikir solusi, kemudian juga dibiasakan habit yang baik," terangnya.
Setelah lulus dari sana, Bowo langsung melanjutkan bisnis ayahnya di Jakarta.
Bisnis pelek dan ban yang ditekuninya ini menurutnya punya kaitan dengan ilmu yang dipelajarinya sewaktu di kampus.
"Saya dapat kata-kata ini dari guru saya. Jadi kalau mau berhasil harus tetap di rambunya," tuturnya.
Makanya, output Permaisuri ban masih dalam kaidah standar safety.
"Ini agak sesuai dengan yang kami kerjakan sekarang. Kami modifikasi, beda dengan standar, tapi harus tetap di rambunya. Tetap keselamatan yang utama," tutup Bowo.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR