Ia menjelaskan bahwa strategi pemasaran harga kamar telah diterapkan jauh sebelum event MotoGP.
"Harga kamar yang tinggi ini bukan fenomena baru. Kami menjual kamar hotel, sementara MGPA menjual tiket GP. Kami tidak pernah mengeluhkan harga tiket MotoGP yang tinggi," ungkap Rata melalui sambungan telepon, Senin (9/9/2024).
Rata menambahkan, setiap hotel memiliki pertimbangan tersendiri dalam menentukan kapan harus menaikkan atau menurunkan harga kamar.
“Hotel tidak sembarangan menentukan harga. Kami memiliki dasar perhitungan yang matang untuk menetapkan tarif kamar,” tegasnya.
Menurut Rata, kenaikan harga kamar hotel selama event MotoGP masih dalam batas wajar.
"Lonjakan harga kamar yang terlihat di platform online sudah termasuk top up komisi 17-25 persen untuk travel agent. Ini harus dipahami secara objektif," jelas Rata.
Rata juga mengkritik pernyataan mengenai rendahnya minat penonton MotoGP tahun ini, yang disebabkan oleh kenaikan harga kamar hotel.
"Rendahnya peminat MotoGP adalah akibat dari promosi yang kurang maksimal oleh penyelenggara, bukan karena harga kamar hotel," kata Rata.
Sebagai contoh, Rata mengungkapkan bahwa jika seorang tamu hotel membeli tiket MotoGP seharga 15 juta rupiah dan membayar harga kamar 2 juta rupiah, hal tersebut masih wajar.
"Jika tamu dari Jakarta membeli tiket dengan harga 10-15 juta rupiah, mengapa harus mengeluhkan harga kamar 2 juta rupiah?" tanyanya.
Baca Juga: Berkat Hidung, Ini Alasan Bagnaia Tak Ikut Strategi Martin di MotoGP San Marino 2024
Editor | : | Dida Argadea |
KOMENTAR