Saat itu, pabrikan mobil di negara lain juga sudah mulai mengembangkan mobil listrik.
Bedanya, pabrikan besar sudah mengadopsi motor DC tanpa borstel (brushless), asinkro.
Keterbatasan bahan juga jadi penyebab kenapa mobil listrik ini kurang efisien.
"Karena motornya terlalu besar, kami pun kesulitan untuk memasangnya langsung pada roda," ungkap Ady dan temannya.
Padahal, pengembangan mobil listrik saat itu cenderung langsung menempatkan komponen motor atau rotor sebagai poros roda.
Atau kalau masih menggunakan transmisi, motor memindahkan putaran secara linier.
Nah, pada Widya Wahana II, masih digunakan diferensial, karena motornya dipasang memanjang.
Akibatnya, untuk memindah motor ke roda digunakan rantai, roda gigi, diferensial, baru setelah itu ke roda, kerugian mekanis pun besar.
Untungnya sistem dan komponen sasisnya cukup bagus.
Misalnya, kedua roda depan menggunakan rem teromol, sedangkan belakang rem cakram.
Khusus untuk roda belakang digunakan cakram dari motor yang beroperasi secara hidraulik.
Sedangkan suspensi dan as roda belakang, memanfaatkan komponen Daihatsu Charade.
Baca Juga: Jangan Asal Pakai Engine Flush di Mesin Mobil, Begini Cara yang Benar
Editor | : | Dida Argadea |
KOMENTAR