Ia juga merasa kehilangan banyak waktu berharga, yang sebenarnya ingin dihabiskan untuk membesarkan dua buah hatinya.
"Pikiranku mengatakan aku bisa terus membalap dan menjadi cepat di antara para pembalap terbaik dalam sejarah, dan aku merasa kompetitif dan baik secara fisik, tapi hatiku memintaku untuk berhenti," lanjutnya.
"Untuk menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, dan bersama istri dan anak-anakku, itulah mengapa aku memutuskan untuk menyingkir dan menikmati hidup dengan lebih santai," tegasnya.
Jika melihat statistik, Aleix memang bukan sama sekali pembalap yang prestasinya mentereng di Grand Prix.
Bahkan sejak debut di kelas 125 cc pada 2004, Espargaro baru sanggup menang saat usianya lebih dari 30 tahun, tepatnya pada MotoGP Argentina 2022 lalu.
Ia kemudian menang dua kali lagi di Silverstone dan Catalunya tahun lalu, sebelum akhirnya kini memutuskan pensiun.
Namun perjalanan karier sang pembalap terbilang sangat unik dan tidak biasa, bahkan hampir tidak ada yang menyamainya.
Meski prestasinya hanya demikian, kariernya berjalan cukup panjang dan bertahan dua dekade lamanya dan baru mencapai puncak pada akhir periodenya.
Hal itu tentu dapat menjadi inspirasi pembalap muda, bahwa sikap pantang menyerah Aleix Espargaro sangat pantas untuk dicontoh.
Editor | : | Panji Maulana |
Sumber | : | MotoGP.com |
KOMENTAR