Red Bull sendiri juga tak bisa memberikan kontrak satu tahun untuk 2025 saja, kemudian menyerahkannya ke Audi pada 2026.
Selain masalah tawaran yang tidak sanggup menyaingi Audi, pria asal Austria ini juga merasa Sainz mungkin masih sakit hati.
Itu karena dulu ia dicampakan oleh manajemen Red Bull saat masih meniti karier di F1, sebelum akhirnya ia memilih pindah ke tim lain.
"Kami mengenalnya sejak masa-masa di Toro Rosso dulu, juga ketika ia balapan di samping Max dulu," sambung Marko.
"Tampaknya menyakitkan baginya saat kami memilih Verstappen untuk naik ke Red Bull dan bukan dirinya," jelasnya.
Tentu bagi Sainz lebih baik menjadi pembalap utama di dalam proyek baru Audi nanti, daripada harus menjadi pembalap kedua di belakang mantan rekan setimnya dulu itu.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | planetf1.com |
KOMENTAR