Jika tidak diperhitungkan dengan baik manajemen aftersalesnya, maka penggunaan bus listrik tentu tidak akan berjalan dengan sempurna.
Ia mencontohkan, bobot satu buah baterai bus listrik bisa mencapai 600 kilogram, proses recycle ataupun penanganan ketika ada masalah harus dipersiapkan.
"Teman-teman bisa gambarkan satu baterai punya bobot kurang lebih 600 kilogram, misalnya ada kecelakaan, atau misalnya baterai itu harus dikembalikan ke negara asalnya, atau recycle apakah sudah ada ekosistemnya? Karena 600 kilo itu nggak main-main loh, untuk mengangkatnya saja kami perlu alat khusus," tukasnya.
Baca Juga: Mitsubishi Fuso eCanter Dipastikan Dijual Tahun 2024, Ini Waktu Peluncurannya
Ketiga, Faustina bilang kesiapan dari pemakai atau konsumen juga harus dikaji lebih dalam.
"Jadi saya rasa semua hal ini akan dikaji juga walaupun kajiannya bukan sepenuhnya dari kami. Kalau dari kami, melihat persaingan yang ada sekarang kami juga harus mulai cek kompetitor kami, position kami, dan bagaimana produk kami," jelasnya.
Selain itu, Ia juga menyebut produk bus listrik dan truk listrik Mercedes-Benz harus memiliki koneksi atau kesinambungan.
Agar eksosistem dan investasi yang harus dijalankan bisa lebih efektif.
"Intinya bus listrik ada di list kami, tapi pada saat ini belum bisa kami update lebih jauh," tutupnya.
Sebagai informasi, secara global Daimler memiliki bus listrik perkotaan bernama eCitaro.
Bukan hanya itu, Mercedes-Benz Brasil beberapa waktu lalu juga sudah memperkenalkan sasis bus listrik eO500U yang merupakan model low deck.
Pada sektor truk, Daimler memiliki eActros yang notabane merupakan truk listrik.
Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR