Karena pembalap asal Italia tersebut membuat kesalahan yang diketahui marshal lapangan anak
buah Toddy.
“Kesalahannya ada unsur tidak sengaja, tapi kalau di kejuaraan dunia tidak ada yang bisa bilang tidak sengaja. Jadi startnya kalau kejuaraan dunia bisa sampai 40 starter. Setelah start ada tikungan pertama balik arah ke kanan. Dia jalan dan masuk ke dalam, mengincar titik pengereman.” terangnya.
“Karena semua menuju titik yang sama, dia jadi kedorong tapi keluar ke jalur selanjutnya,” ujar Toddy sambil menerangkan posisi kesalahan si pembalap dengan tangannya.
Dalam peraturan motocross, baik kejurnas dan kejuaraan dunia, pembalap tidak boleh memotong jalur, sekecil apapun.
“Jadi kalau kedorong, dia harus berhenti. Balik ke tempat dia terlempar. Setelah rombongan
lewat baru ia jalan. Dalam motocross di mana Anda keluar dari jalur, Anda harus balik di titik
terdekat di mana Anda keluar di jalur yang awal,” tambah Toddy.
Dulu tidak ada kamera untuk membuktikan suatu pelanggaran, jadi pembalap yang bersangkutan
harus dipanggil untuk menghadap pimpinan lomba dan juri. Berikut marshall yang sedang bertugas di tempat sebagai saksi.
“Juri dari FIM meminta saya, ‘Tolong Anda tanya sama dia (marshal) dan tolong tidak ada
nego-nego. Kita tidak mengerti bahasa Anda tapi saya percaya bahwa apa yang dia bilang kamu
terjemahin’,’” ujar Toddy menirukan salah satu representatif dari FIM saat itu.
Karena ketegasan dan kecermatan, tim Indonesia (pimpinan lomba, marshal) waktu itu dapat pengakuan, salah satu tim yang terbaik di dunia.
Baca Juga: Kabar Duka Sudirman Bawarie, Tokoh Balap Nasional dan Ayah Pembalap Legendaris Tutup Usia
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR