"Untuk paket tear-off dan tear-off button atau tear-off post rencananya dijual di kisaran Rp 150-200 ribuan, tapi dua-duanya bisa dibeli terpisah juga," ungkap Boy kepada GridOto.com.
"Pemasangannya tidak perlu ngebor visor lagi, tinggal dipasang di pinlock post yang sudah ada di visornya," lanjut pemilik Yamaha XMAX itu.
Untuk masalah standar safety, SMK Stellar Sport sudah mengantongi sertifikasi SNI, DOT, serta ECE 22.06.
Sertifikasi yang terakhir menjadi cukup impresif untuk helm di bawah Rp 1 juta, mengingat ECE 22.06 punya standar yang lebih ketat ketimbang ECE 22.05, DOT, dan SNI.
Karena turut mengukur benturan miring atau oblique yang rawan menyebabkan gegar otak bahkan di kecepatan rendah, sesuatu yang juga dites untuk sertifikasi FIM untuk helm-helm MotoGP.
Bagian gabus pengaman atau EPS dari SMK Stellar Sport juga sudah mengadopsi sistem multi density atau kepadatan yang berbeda-beda di tiap lapisannya.
Sering ditemukan di helm-helm yang lebih premium, lapisan EPS dengan sistem ini bisa lebih kuat menyerap benturan tanpa membuatnya jauh lebih tebal.
Oh iya, lapisan EPS dari SMK Stellar Sport sudah dilengkapi ruang atau coakan untuk speaker intercom.
Masih di interior, kain dan busa interior SMK Stellar Sport menggunakan bahan hipoalergenis dan bisa dilepas untuk mempermudah pencucian.
Semuanya dibungkus oleh batok atau shell berbahan thermoplastic, tentunya untuk menekan harga dibandingkan bahan fibreglass apalagi carbon fibre.
Batok helm SMK Stellar Sport dilengkapi enam jalur ventilasi, masing-masing dua ventilasi masuk di dagu dan atas helm, serta dua jalur ventilasi keluar yang besar di bagian spoiler.
Sayang, batok ini tersedia dalam dua ukuran saja, pertama untuk ukuran XS dan S, sementara batok kedua adalah untuk ukuran M hingga XXL.
Sehingga untuk sobat yang ukuran kepalanya jatuh di M atau L, siluet atau tampilannya akan kurang proporsional karena mengikuti ukuran kepala XXL.
Tapi lagi-lagi, ini pengorbanan yang harus dilakukan untuk menekan harga karena membuat banyak ukuran batok dan EPS pastinya akan membuat ongkos produksi lebih mahal.
Editor | : | Panji Maulana |
KOMENTAR