"Bisa untuk mobil hybrid maupun mobil listrik BEV (Battery Electric Vehicle)," sebut Mochizuki.
"Spesifik mobil hybrid yang sistem listriknya bekerja bergantian harus bisa memberikan power delivery listrik secara instan dan kuat," jelasnya.
Di sisi lain, bahan nikel dinilai Mochizuki sensitif terhadap panas dan terbakar.
Baca Juga: Dibahas Cawapres, Ini Mobil Listrik Baterai LFP yang Ada di Indonesia
Terutama jika baterai mengalami kontak atau gesekan dari impact yang cepat memicu baterai terbakar.
Berbeda dengan baterai LFP berbahan dasar ferit (besi murni) jauh lebih aman.
"Baterai LFP tidak ada risiko terbakar sekalipun mengalami kontak atau impact yang merusak sel baterai," ungkap Mochizuki.
Selain itu baterai LFP punya siklus pakai yang lebih lama daripada baterai berbasis nikel.
Namun hal itu harus dibayar oleh efektivitas arus listrik yang lebih rendah.
Baca Juga: Dibahas di Debat Cawapres, Apa Sih Baterai LFP Buat Mobil Listrik?
"Bicara soal performa baterai LFP memang tidak sebaik baterai nikel meskipun usia pakainya lebih lama," ujar Mochizuki.
Ia juga melihat baterai LFP ini lebih spesifik digunakan untuk mobil listrik BEV.
"Baterai BEV besar, jenis LFP yang dipakai tetap bisa memberikan performa optimal dengan tujuan utama cost procuction yang lebih murah daripada nikel," jelas Mochizuki.
Editor | : | Dwi Wahyu R. |
KOMENTAR