GridOto.com - Bukan cuma Daihatsu, pabrikan mobil ini juga pernah terlibat skandal.
Daihatsu Motor Co., Ltd. mengakui telah memanipulasi pengujian keselamatan kendaraan (safety test) pada 64 model mobil selama tiga dekade.
Akibat skandal manipulasi uji keselamatan ini Daihatsu sampai menutup semua pabriknya di Jepang.
Ternyata bukan cuma Daihatsu saja yang pernah tersandung skandal loh, ada sejumlah pabrikan mobil lainnya.
Nah, berikut ini sebagian skandal yang melibatkan sejumlah pabrikan mobil di dunia.
Baca Juga: 7 Hal Yang Dilakukan Daihatsu Sehingga Kena Skandal Uji Keselamatan
1. Skandal Emisi Volkswagen
Skandal emisi Volkswagen ini dimulai pada September 2015 ketika Environmental Protection Agency (EPA) mengeluarkan surat teguran kepada Volkswagen Group.
EPA menuduh VW secara sengaja memprogram perangkat lunak di mesin turbo diesel yang bisa mengaktifkan sistem kontrol emisi saat pengujian laboratorium.
Akibatnya saat dites di laboratorium emisi Nitrogen Oksida (NOx) bisa memenuhi standar, tapi saat digunakan di jalan raya menghasilkan NOx yang 40 kali lebih tinggi.
Hal ini memicu negara-negara lain melakukan investigasi serupa.
VW pun menghadapi sejumlah gugatan hukum yang membuatnya mesti membayar miliaran dolar dalam bentuk denda dan penyelesaian.
Total ada 11 juta mobil VW group yang terkena skandal emisi ini.
Baca Juga: Terdampak Skandal Safety Daihatsu, Ini Spesifikasi Lengkap Toyota Rush
2. Skandal Menutupi Cacat Produk Mitsubishi Motors
Mitsubishi Motors pada tahun 2000 dan 2004 juga terjerat skandal.
Gara-garanya mereka dengan sengaja selama bertahun-tahun menutupi cacat produk (defect) yang terjadi pada mobil buatan Mitsubishi Fuso Truck and Bus.
Motif Mitsubishi menutupi 26 defect selama belasan tahun ini untuk mencegah recall terhadap ratusan ribu produknya.
Sebagian contoh defect-nya adalah retak di rumah kopling yang bisa bikin transmisi terlepas dari mobil dan defect pada front axle.
Total ada sekitar 450.000 unit mobil yang mengalami masalah ini.
Baca Juga: Daihatsu Stop Produksi Semua Mobilnya di Jepang Akibat Skandal
3. Skandal Data Uji Emisi Palsu Hino
Hino Motors yang merupakan bagian dari Toyota pada 2022 mengaku secara sistematis memalsukan data uji emisi dan konsumsi BBM sejak 2003.
Hino secara sengaja menggunakan metode pengetesan yang tidak tepat dan menggunakan perangkat lunak untuk menurunkan hasil uji emisi dan meningkatkan konsumsi BBM.
Total ada 300.000 produk Hino yang terdampak skandal data uji emisi dan konsumsi BBM ini.
Baca Juga: Toyota Rush Terdampak Skandal Daihatsu, Cek Harga dan Spesifikasinya
4. Skandal Inspeksi Ilegal Nissan
Pada 2017 terungkap bahwa selama bertahun-tahun proses sertifikasi kelayakan di pabrik Nissan dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kualifikasi dan wewenang.
Praktik inspeksi ilegal atau manipulasi inspeksi ini diduga sudah terjadi sejak tahun 1979.
Dampaknya Nissan mesti menutup sementara semua pabriknya di Jepang dan melakukan recall terhadap sekitar 1 juta mobil.
Baca Juga: Sempat Ditunda Akibat Skandal Daihatsu, Pengiriman Mobil Toyota di Indonesia Kembali Normal
5. Skandal Inspeksi Ilegal Subaru
Sama seperti Nissan, di Subaru pada 2017 juga terungkap praktek inspeksi ilegal di pabrik mereka di Jepang.
Inspeksi akhir yang dilakukan pegawai tak berkualifikasi ini diketahu sudah berlangsung selama tiga dekade.
Selain itu juga diketahui ada sejumlah pegawai pabrik Subaru diketahui memanipulasi data konsumsi BBM.
Akibatnya Subaru mesti melakukan recall sekitar 350.000 mobil yang mereka jual di Jepang.
Baca Juga: Hasil Investigasi Skandal Safety Daihatsu, Ada Tiga Kasus Baru Ini
6. Skandal Uji Emisi dan Konsumsi BBM Suzuki, Mazda, dan Yamaha
Suzuki, Mazda, dan Yamaha Motor pada Agustus 2018 mengakui telah melakukan kecurangan dalam proses pengujian efisiensi bahan bakar dan emisi pada mobil mereka.
Dalam pengujian, kecepatan mobil melenceng di luar batas yang ditentukan selama periode yang lebih lama dari yang diizinkan, yang secara teknis disebut sebagai "trace error."
Ketiga perusahaan tersebut mengakui adanya praktik manipulasi data ini, meskipun dengan penjelasan dan tingkat keseriusan yang berbeda-beda.
Editor | : | Dwi Wahyu R. |
KOMENTAR