Meski kecewa, Diggia tidak menyalahkan mekanik Gresini yang salah melakukan setting tekanan ban motornya.
"Jadi tekanan bannya berada di batas minimal, namun kami kurang 0,01 bar saja selama dua lap doang. Itu hal kecil yang tak bisa kuprotes dari tim Gresini," tegasnya.
"Mereka berada di belakangku ketika aku paling belakang di grid dan bekerja bersama untuk meraih hasil maksimal. Ketika di posisi maksimal, aku tak bisa marah jika kami melakukan pelanggaran. Kami balapan dengan baik dan hanya mengambil hal positif darinya," tegasnya.
Masalah soal tekanan ban ini kemudian menjadi bahasan menarik di kalangan pembalap.
Setelah berlaku selama kurang lebih setengah musim, banyak yang berpendapat aturan ini tak seharusnya diberlakukan.
"Dalam beberapa hal mungkin kurang baik, karena kau selebrasi dan kemudian kehilangan podium. Ini tidak bagus untuk pertunjukan," ungkap pembalap baru tim VR46 ini.
"Tapi kami sekarang punya aturan ini, ya ditaati dulu. Dari sudut pandangku, aku hanya memberikan yang terbaik di atas trek. Pada kasus ini trofinya sudah hilang, tapi yang terbaik adalah merayakan hasilnya dan menyimpan trofinya sendiri, begitulah tak apa," jelas pembalap bernomor 49 tersebut sambil tertawa.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | Speedweek.com |
KOMENTAR