GridOto.com - Ada alasan mengapa header pada exhaust system mobil memiliki konfigurasi yang berbeda, begini penjelasan dari pakarnya.
Menurut Odi Rachmat, owner ORD Exhaust, ada beberapa faktor yang memengaruhi konfigurasi header knalpot.
"Pertama dari konstruksi mesinnya sendiri itu memengaruhi ada 3 silinder, 4 silinder, 6 silinder, V8 juga," buka Odi saat ditemui GridOto.com.
Dan tentunya sebagai tambahan, konstruksi mesin juga tidak menggunakan turbo tentunya alias naturally aspirated (N/A).
Baca Juga: Bagian Ini di Knalpot Paling Berpengaruh Pada Performa Mesin Mobil
"Kedua kebutuhan mobil tersebut, kalau mobil yang contohnya aja Toyota FT86, terus Honda Type R, itu mesin rpm tinggi semua itu pasti mintanya yang konfigurasi 4-1," terangnya lebih jauh.
"Jadi kalau header 4-1 kan lebih sedikit hambatannya, itu memang bagus untuk rpm tinggi jadinya," jelas Iwan Ridwan, Kepala Mekanik Primo Performance Sentul.
Selain untuk rpm tinggi, tentu saja untuk rpm rendah agar potensi torsi bisa dipotimalkan.
"Terus misalnya mobil jip misalnya Toyota Land Cruiser, Toyota Harrier, terus ya yang jip-jip non-turborcharge lah. Itu kan dia banyak dipakai off-road ya jadi banyak butuh torsi besar," kata Odi.
"Itu kita kasihnya 4-2-1, itu buat yang 4 silinder. Kalau buat yang 6 silinder itu pakai yang 6-2-1," sebutnya menukas.
Baca Juga: Segini Biaya Servis EGR Mesin Diesel Modern di Bengkel Spesialis
Namun konfigurasi ini tidak selalu bersifat baku, kembali lagi pada kebutuhan tiap kendaraan.
"Jadi lebih peruntukkan kendaraan itu sendiri, tapi gak menutup kemungkinan mobil lain dari Honda dan Mitsubishi Lancer juga contohnya itu dipakaian header 4-2-1," bebernya lagi,
"Ini bisa terjadi misal buat trek rally, butuh keluar tikungan dengan cepat, butuh torsi dari rpm bawah dengan cepet makanya bisa dikasih 4-2-1," jelas Odi menegaskan.
Tapi tentu saja ini baru tahap awal soal header pada exhaust system karena masih ada lagi yang levelnya leih advance.
"Itu konfigurasi yang paling umum digunakan, belum yang advance," tutup Odi.
Editor | : | Dwi Wahyu R. |
KOMENTAR