Banyak Visa pembalap dan kru yang belum terbit, sehingga penerbangan yang dijadwalkan sejak hari Selasa (19/9) kemarin batal.
Sebagian kru dan pembalap pun tertahan di bandara, ada juga yang memilih kembali ke rumah, sambil menunggu kepastian Visa tersebut.
Masalah logistik juga menimbulkan kekhawatiran, saat pengangkutan barang-barang MotoGP menggunakan truk bak terbuka yang bisa merusak kondisi logistik yang dibawa.
Padahal barang-barang yang dipakai MotoGP harganya sangat mahal dan sangat rentan rusak jika tidak diperlakukan dengan baik.
Lalu banyak orang yang menyebut MotoGP India sebagai event paling mahal yang pernah mereka jalani.
Dari mulai hotel, sewa mobil dan motor, beberapa layanan akomodasi lain yang harganya jauh di atas seri-seri lain.
"Ini adalah salah satu balapan termahal. Harga hotelnya sangat tinggi," kata Peter Ottl, bos Liqui Moly Husqvarna Moto3, dilansir GridOto.com dari Speedweek.
Selain itu tim juga sulit menemukan makanan yang cocok untuk mereka, ditambah kekhawatiran soal malasalah kebersihan makanan.
"India adalah GP sangat mahal bagi kami. Penerbangan, hotel, visa, layanan antar jemput mahal. Selain itu penyedia makanan dan minuman dasar tidak mudah diterapkan untuk tim," kata Florian Prusten, bos tim PrustelGP.
Baca Juga: Uccio Ogah Lagi Perpanjang Kontrak Marco Bezzecchi Usai MotoGP 2024 Berakhir, Kok Gitu?
Selain itu juga ada kekhawatiran soal wabah virus Nipah, yang dapat menyebabkan radang otak berbahaya.
Bahkan beberapa wilayah di India sudah di-lockdown akibat wabah Nipah ini.
Meski khawatir, pembalap bisa sedikit tenang karena kejadian itu berada jauh dari lingkungan Sirkuit Buddh.
Perlu diketahui, balapan F1 dulunya memilih cabut dari India gara-gara permasalahan-permasalahan yang tak biasa tersebut.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | Speedweek.com |
KOMENTAR