Oiya suara mesin terdengar nikmat! Dengan konfigurasi crankshaft 270° membuatnya bersuara seperti mesin v-twin.
Apalagi Super Meteor 650 tidak dibekali dengan tabung katalitik besar seperti Meteor 350.
Suara mesin jadi lebih terdengar deh! Kebayang kalau sudah ganti knalpot aftermarket atau custom pasti lebih nikmat.
Royal Enfield mengklaim mesin ini menghasilkan 80% torsi sejak 2.500 rpm.
Saat pengetesan, torsi besar ini kami rasakan saat jalan pelan, cukup buka gas sedikit saja motor sudah melaju. Melibas tanjakan pakai gigi 2 pun masih oke tanpa ada masalah.
Sebagai salah satu mesin baru di line up Royal Enfield, ada beberapa improvement yang dilakukan salah satunya penggunaan balancer shaft pada mesin.
Balancer shaft sukses memberi rasa halus alias minim getaran pada mesin.
Memang betul masih ada getaran tapi di putaran mesin tinggi dan terasa sedikit saja di setang.
Baca Juga: Torsi Kuat Tapi Minta Diurut, Performa Royal Enfield Scram 411 Masih Kalah Sama Motor 250 cc?
Impresi kami ketika berjalan di kecepatan 80 km/jam pada gigi 4, mesinnya terasa halus. Sementara itu gigi 6 cenderung overdrive, jadi jarang terpakai buat harian.
Seberapa cepat akselerasinya? Dengan torsi besar di putaran rendah tak heran jika Super Meteor 650 hanya butuh waktu 2,78 detik untuk mencapai kecepatan 60 km/jam dari keadaan diam.
Sementara itu akselerasi 0 ke 100 km/jam ditempuh dalam waktu 7,06 detik saja.
Berdasarkan data dari Racebox, top speed yang berhasil di gapai 160 km/jam.
Hasil ini bisa dibilang identik dengan tampil angka pada spidometer Super Meteor 650.
Super Meteor 650 ditawarkan dalam tiga tipe dan harga, masing-masing punya warna berbeda.
Astral dengan kelir Black dan Blue seharga Rp 242,3 juta, kemudian Interstellar Green Rp 245,6 juta dan terakhir Celestial Blue dan Red Rp 249 juta.
Semua harga dalam kondisi on the road DKI Jakarta.
Data tes
0-60 km/jam: 2,78 detik
0-100 km/jam: 7,06 detik
0-201 m: 9,56 detik
0-402 m: 15,24 detik
Top speed spidometer: 160 km/jam
Top speed Racebox: 160 km/jam
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR