GridOto.com - Bikin jangkung Suzuki Jimny dan Katana enggak boleh asal-asalan.
Semuanya harus diperhitungkan dengan matang supaya komponen yang terpasang tepat sesuai kegunaannya.
Tentu part seperti lift kit, sampai coilover juga tidak bisa sekadar mahal.
Akan sangat disayangkan tentunya budget yang digelontorkan jika part aftermarket tersebut tidak berfungsi optimal.
Terkait hal ini tentu wajib kita konsultasikan kepada ahlinya dan salah satu yang sangat berpengalaman di bidang Suzuki Jimny off-road ialah Dennis Emmanuel, bos MMC 4x4.
Baca Juga: Dennis Emmanuel, Pecinta Alam yang Kepincut Sama Suzuki Jimny
Bengkel yang bermarkas di Jl. Condet Pejaten No.1, RT.2/RW.7, Jakarta Selatan, ini aslinya jelas sudah sangat lama menangani Jimny.
Poin penting yang wajib jadi highlight di awal adalah perhitungan bobot total mobil jika ingin membuat postur Jimny maupun Katana jadi lebih jangkung.
Terkait hal ini jelas kita bisa katakan bahwa konsep mengenai bodi sampai sasis sudah harus rampung sebelum lompat ke kaki-kaki.
"Kita tidak bisa langsung bikin kaki-kakinya, itu baru bisa dikerjain setelah matang konsep bodi. Biar bobot atas terhitung maksimal," buka pria yang akrab disapa Dennis ini.
Jadi jika dirinci lebih jauh, tak hanya soal sasis dan bodi, tapi juga perhitungan pada bobot mesin bahkan sampai ke interior.
Baca Juga: Asik Bener! Katana Jadi Hadiah Ultah Plus Dimodif Jadi Jimny JA11
Ambil contoh pada eksterior pemasangan part seperti bumper, winch, foot step, ban belakang, roof rack, roll bar, dan sebagainya juga wajib masuk hitungan.
"Spring weight ini penting, berat yang ditanggung per dan sokbreker dan bobot dibanding dengan (bobot) atasnya," terang Dennis menekankan.
Lantas setelah semua bobot maksimal telah dikalkulasi, kini tinggal menghitung kekuatan kaki-kaki yang harus dibuat.
"Contoh kita mau off-road, misal aja untuk crawling dengan tekukan-tekukan banyak berarti kita kan butuh travel suspensi yang banyak. Nah suspensi yang travelnya banyak itu didapat dari mana, dari kelenturan," ungkapnya menjabarkan.
Tentu perlu diperhatikan batas toleransi yang bisa ditanggung suspensi lentur tersebut karena jika melampaui kapasitas akan menghasilkan efek keras.
Baca Juga: Kepepet Off-road, Pajero Sport Dakar 2013 Kena Garap Kaki-Kaki Gahar
"Ya gak bisa heavy duty gitu dengan set up begitu. Ya hasilnya gak akan dapat fleksibilitas, malah jadi kaku mobilnya. Kalau mau fleksibel suspensinya yaudah harus ada yang dikorbanin, barang bawaan gak bisa banyak-banyak," tegas Dennis.
Solusinya jika ingin membawa banyak barang tentu saja harus setting ulang suspensi.
"Pasti ada resiko lain yang harus ditanggung, kalau dalam keadaan kosong ya jangan berharap fleksibel, pasti kaku, kan set up keras," sambungnya memperjelas.
Pertimbangan lain yang lebih penting yakni travel dan full collapse dari per dan sokbreker.
"Kalau misalnya ditekan nih per dan ternyata full collapse-nya sampai 30 cm, berarti mesti cari sokbreker itu yang full collapse-nya antara 28-29 cm. Mesti ada gap supaya pas amblas begitu gak kehentak, gak mentok," jelasnya lagi.
"Paling enak tuh dibikin main, per-nya sudah habis tapi sok-nya belum. Idealnya sih untuk sokbreker ada jarak sebelum mentok, sekitar 1 inci di bawah dan 1 inci di atas," pungkas Dennis.
Editor | : | Dwi Wahyu R. |
KOMENTAR