Baca Juga: Rumor Kecelakaan Bus di Guci Disebabkan Anak Kecil Dibantah Korban Selamat, Ini Kesaksiannya
Kemudian, keduanya dikali dengan nilai jari-jari slip, yaitu 98,50 lantas dibagi dua.
Nilai 15,9 merupakan nilai konstanta. Dari perhitungan ini diperolah hasil kalau bus tersebut pada saat kecelakaan melaju dengan kecepatan 111,3 km/jam.
Tapi mencari nilai kecepatan ini bisa juga menggunakan rumus gaya sentrifugal dengan penekanannya yang berbeda.
Yaitu dengan menghitung akar gravitasi, 9,81 dikali dengan jari-jari slip, 98,5. Hasil yang
diperoleh tak jauh berbeda, 111,888 km/jam.
Lain lagi yang dialami oleh bus Benteng Jaya AG 3787 C. Kecelakaan yang terjadi di daerah Cianjur ini memakan korban 8 orang meninggal dunia, 8 luka berat, 24 luka ringan.
Sasisnya mengalami kerusakan. Dari kerusakan ini pun bisa diketahui kecepatan bus pada saat terjadi tabrakan. Yaitu, dengan menggunakan rumus total kerusakan.
Total kerusakkan ini diperoleh dari nilai kecepatan bus pada waktu menabrak ditambah dengan kecepatan tebing yang ditabrak. Tentu nilai tebing ini 0.
Yang dimaksud dengan total kerusakan adalah kerusakan sasis bus, yaitu kurang lebih 70 cm.
Kemudian angka ini dibandingkan dengan bantuan tabel UPEX atau Union Proef Experts Automobiles, Belgia. Dari sini bisa diketahui, kerusakan yang 70 cm ini akibat dari kecepatan kendaraan kurang lebih 20 meter/detik atau 72 km/jam.
Baca Juga: Sering Disalahkan, Ini Sederet Bukti Kecelakaan Bus Masuk Jurang di Guci Bukan Ulah Anak Kecil
Dengan mempelajari perhitungan seperti ini tak ada lagi pelaku kecelakaan yang bisa mengelak. Karena tiga teori yang digunakan tersebut, keakuratannya tentu sudah dapat dipercaya.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR