GridOto.com- Musibah kecelakaan bus di Guci, Tegal, Minggu (7/5) masuk tahap penyelidikan pihak polisi.
Dirlantas Polda Jateng Kombes. Pol Agus Suryo Nugroho mengungkapkan pihaknya tengah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) serta mengumpulkan para saksi untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Diberitakan sebelumnya, kecelakaan di Guci bermula saat bus yang mengangkut rombongan peziarah asal Kelurahan Pakujaya, Serpong Utara, Tangerang Selatan, Tangerang sedang dipanaskan sebelum berangkat pulang.
"Namun saat dipanaskan sopirnya tidak ada, karena pada saat itu jamaah sudah pada naik, diduga tuas rem parkir dimainkan oleh anak kecil," ujar Minan Heryawan, Ketua RT 02 RW 22 Kayu Gede, Kelurahan Paku Jaya.
Jusri Pulubuhu, Director Training Jakarta Defensive Driving Consulting memberikan pandangannya terkait kecelakaan ini.
"Sudah jelas, ada SOP yang dilanggar dari kejadian ini," ungkapnya.
Menurut pria yang kerap menjadi pelatih berkendara aman, kondisi mobil yang menyala tanpa adanya sopir merupakan hal yang fatal.
"Ini menunjukkan adanya ketidakcakapan pengendara dalam menjalankan aktivitasnya," bilang Jusri.
Namun lebih jauh, dirinya tidak hanya melihat dari satu sisi saja.
Baca Juga: Polisi Masih Selidiki Penyebab Kecelakaan Bus Masuk Jurang di Tegal
"Sopir sebagai SDM merupakan bagian dari sistem transportasi, ada operatornya, regulator termasuk penumpang sebagai stakeholder," bilangnya.
Ia menyoroti selama ini, jika ada kejadian, pemerintah dan kepolisian hanya fokus mencari siapa yang salah yang akan dihadapkan pada pengadilan.
"Langkah preventifnya minim dilakukan. Sejauhmana usulan dan rekomendasi pasca kecelakaan terjadi telah dilakukan. Sebab jika tidak ini bukan kejadian yang terakhir. Akan ada kejadian lanjutannya," ungkap Jusri.
Dari sisi operator, harus dilihat apakah SDM yang menjadi sopir merupakan karyawan perusahaan yang memang sehari-hari bertugas sebagai sopir di kendaraan tersebut.
"Sebab, kendaraan yang mengalami musibah merupakan bus pariwisata, bukan perusahaan oto bus. Apakah bukan sopir 'tembak'. Semuanya harus dilakukan penyelidikan secara menyeluruh," bilangnya.
Satu hal lagi, penumpang sebagai bagian dari stakeholder juga harus memiliki awareness.
Apabila ada sesuatu hal yang menimbulkan potensi adanya kecelakaan, mereka berhak bersuara, menegur sopir.
"Di negara maju, kesadaran mengenai pentingnya keselamatan pada penumpang sudah cukup tinggi. Mereka bisa memberikan komplain dan marah jika ada potensi bahaya dilakukan perusahaan," tegas Jusri.
Ia menambahkan, penumpang pun akan memberikan feedback negatif, sehingga secara rating perusahaan memiliki reputasi rendah dan tidak akan ada yang mau naik lagi
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR