Sebenarnya Yamaha telah melakukan revisi pada bagian jok dan bodi samping, dengan tujuan agar pengendara bisa lebih nyaman.
Sebab kini bagian depan jok berikut bodinya jadi lebih ramping dari XMAX lama, sehingga kaki tidak terlampau mengangkang.
Meski begitu bokong pengendara masih mendapat support yang baik, karena bagian tengah jok tetap lebar.
Revisi ini juga membuat bagasi ada semacam coakan ke dalam. Terlihat dari bibir bagasi apabila jok dibuka.
Riding position nyaman, busa jok empuk serta tangan dengan mudah menggapai setang lebar dan tinggi.
Dek pijakan kaki masih mampu mengakomodasi sepatu ukuran 43. Namun, memang dek XMAX terasa lebih sempit jika dibandingkan dengan NMAX.
Masih khas XMAX, jarak jok ke dek juga terasa dekat, jadi posisi kaki saat duduk seperti sedang nongkrong.
Meski begitu kaki masih nyaman, karena terdapat dua posisi peletakan kaki. Bisa di bawah di dek yang rata seperti biasa atau berselonjor ke depan.
Walau bodinya terbilang bongsor dan bobot bertambah 2 kg dari versi sebelumnya jadi 181 kg, mengendarai XMAX Connected terasa lincah!
Baca Juga: Foto Ini Ungkap Perbedaan Yamaha XMAX 250 Lama dengan XMAX Connected
Bahkan pada beberapa kesempatan, rasanya seperti tidak sedang membawa skutik gambot berkapasitas 250 cc.
Sepanjang turing yang menempuh jarak hampir 300 km di pulau Bali, motor terasa nurut dan responsif mengikuti kemana setang diarahkan.
Kami pun tidak menemui gejala understeer atau susah diajak belok, seperti yang pernah dialami di XMAX lama.
Menilik dari data teknis Yamaha, ternyata pabrikan berlogo garpu tala ini merevisi sudut rake XMAX Connected sebanyak 0,2 derajat, dari 26,5° jadi 26,3°.
Sedikit lebih rapat tentunya membuat versi baru ini jadi lebih lincah, ditambah dengan perubahan pada performa suspensinya.
Sok depan teleskopik kini terasa lebih kaku, jelas mendukung handling yang lebih tajam serta untuk meminimalisir gejala bottoming.
Sok belakang ganda di motor juga punya karakter yang sama. Kedua suspensi masih dapat meredam getaran dan masih terasa nyaman saat lewat jalan tak rata.
Namun, ketika menghajar lubang yang dalam atau melewati jalan jelek, barulah terasa karakter suspensi XMAX Connected yang keras.
Apalagi jika dihajar dalam kecepatan tinggi. Nah jika tikungannya bergelombang, hal itu juga membuat area ‘buritan’ motor terasa liar.
Nah soal rasa berkendara ketika dipakai riding harian, kami bahas di artikel test ride terpisah nanti ya.
Performa
Yamaha masih setia membekali XMAX Connected dengan dapur pacu yang sama dengan versi sebelumnya
Bermesin 1 silinder 249,8 cc SOHC 4 katup dengan pendingin cairan. Memiliki ukuran bore x stroke 70 x 64,9 mm.
Di atas kertas, tenaga yang dihasilkan pun tidak berubah, 22,5 dk @7.000 rpm dengan torsi maksimum 24 Nm @5.500 rpm.
Bedanya hanya pada peletakan sensor oksigen. Kini tak lagi menempel di cylinder head, tapi pindah ke leher knalpot dengan pemanas, makanya ada 4 kabel.
Di atas kertas tenaga maksimalnya memang tidak terlalu istmewa, masih ada Forza 250 dengan tenaga yang sedikit lebih besar yaitu 22,7 dk.
Tetapi karakter tenaganya yang linear mulai dari bawah ke atas, membuatnya tidak mudah kehabisan nafas ketika dibejek dalam kecepatan tinggi.
Melewati jalan berliku serta naik-turun seperti di wilayah Kintamani dan seputaran Danau Batur, tinggal tahan putaran gas saja.
Baca Juga: Ini yang Akan Terjadi Jika Yamaha XMAX Connected Sering Diisi Bensin Oktan 90
Pun ketika diajak high speed riding di jalan yang datar, mesin tidak sampai menggerung tinggi. Rasanya pas!
Tidak terlampau kencang yang bikin jadi tidak nyaman dipakai cruising santai, serta masih bertaji saat menemui jalan berliku dengan elevasi beragam.
Diajak berlari kencang, mesin motor juga masih menyanggupi tanpa harus ngos-ngosan. Mantap!
Kesimpulannya dalam Tour de Bali kemarin, karakter mesin XMAX Connected enak dibawa turing mengelilingi pulau Dewata.
Konsumsi Bensin
Bicara konsumsi bensin, selama turing hasil rata-rata yang didapat sebesar 31,4 km/liter.
Itu melewati berbagai macam jalur, mulai dari perkotaan yang datar, pedesaan, naik ke dataran tinggi sampai melalui jalanan berkelok-kelok.
Tentu saja di sesi test ride berikutnya, kami bakal coba performanya dalam menghadapi semrawutnya lalu lintas di area perkotaan.
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR