Djoko berharap, masyarakat yang menggunakan bus wisata bisa meminta menunjukkan surat KIR, kartu pengawas, surat izin bus pariwisata yang masih berlaku kepada pihak PO bus.
"Hal ini untuk memastikan bahwa pengemudi memahami kondisi jalur yang akan ditempuh dan meminta adanya dua sopir dalam satu bus meskipun perjalanan wisata hanya sehari. Selain itu jangan tergiur oleh tawaran tarif sewa yang murah namun keselamatan tidak terjamin," katanya.
MTI juga menyarankan agar setiap armada bus pariwisata dicek kondisi teknis dan kemampuan pengemudinya.
Di samping itu, Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga harus melakukan ramp check atau inspeksi keselamatan pada bus pariwisata.
"Jika ditemukan salah satu dari seluruh elemen tidak dipenuhi, lebih baik bus pariwisata tersebut tidak dijalankan. Sebab moda transportasi seperti bus wisata itu rentan terjadi kecelakaan, sehingga perlu selalu diuji kelaikan jalannya tidak hanya saat hari raya, tapi harus rutin," jelas Djoko.
Bukan cuma itu, faktor human error dari manusia diaebut MTI dapat didominasi oleh perilaku tidak tertib, lengah dan melewati batas kecepatan.
Diprediksi, pada libur Nataru ataupun Lebaran akan ada perubahan perilaku dari pengendara.
"Mereka menjadi buru-buru agar cepat sampai tujuan sehingga mengebut. Selain itu kondisi jalan yang padat dan cenderung macet juga akan melelahkan fisik serta mental pengendara," pungkas Djoko.
Kelelahan ini dinilai MTI menjadi faktor yang membuat proses pengambilan keputusan menjadi bias dan lebih berisiko.
Baca Juga: Tol Luar Pulau Jawa Mulai Padat Jelang Nataru, di Bali Angkanya Meningkat Sampai 33,5 Persen
"Jadi jika pengemudi sudah merasa lelah, seharusnya segera beristirahat di rest area atau mencari tempat yang nyaman beristirahat," tutup Djoko.
Nah, buat sobat GridOto yang mau bepergian selama periode libur Nataru, jangan lupa menjaga etika berkendara agar tidak membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang lain di jalan.
Editor | : | Muhammad Ermiel Zulfikar |
KOMENTAR