GridOto.com- Berkaca pada kasus kecelakaan yang terjadi driver kerap dijadikan 'sasaran kesalahan'.
Human error selalu identik dengan pengemudi yang tidak menjalankan tugasnya dengan secara profesional.
Misal, kecelakaan yang terjadi dalam dua hari terakhir di ruas tol Cipularang dan Cipali.
Petugas mengidentifikasi awal penyebabnya karena kondisi pengendara tidak fit.
Jika meneliti lebih dalam lagi, kejadian kecelakaan akibat human error tidak bisa dilihat pada faktor 'saat kejadian' saja.
Menurut Anang Yunianto, Presiden Direktur PT Daya Mitra Serasi, salah satu perusahaan di bawah brand TRAC Astra, kecelakaan melibatkan driver harus dilihat secara utuh dan lengkap.
"Bicara keselamatan berkendara tidak bisa hanya dari satu sisi saja, pada saat kejadian berlangsung. Tinjauannya harus jauh ke belakang," ungkap pria yang berkantor di Grha Sera, Jl. Mitra Sunter Boulevard, Sunter, Jakarta Utara.
Sebab, menurutnya driver merupakan sebuah profesi yang memiliki tingkat risiko tinggi.
Bukan hanya keselamatan bagi dirinya tapi juga orang lain.
Baca Juga: Dalam 2 Hari Sebanyak 3 Mobil Terlibat Kecelakaan Tabrak Belakang Truk di Tol. Ada Apa?
Maka, menurut mendapatkan driver yang profesional menjadi sebuah keharusan untuk meminimalkan risiko kecelakaan yang tinggi.
"Tahapan memperoleh driver profesional di TRAC melalui 3 hal. Ini yang kami terapkan pada lebih dari 5.000 driver di bawah naungan TRAC,"ungkap Anang.
Pertama, proses rekrutmen yang harus clear.
Proses dilakukan seperti tes tertulis, wawancara, psikotes juga tes berkendara harus dilalui oleh seluruh driver TRAC.
"Mindset dimana siapa saja bisa menjadi pengemudi harus diubah, ya karena itu tadi profesi ini menyangkut keselamatan," bilang Anang.
Setelah lolos pada tahapan pertama, seluruh calon driver ini harus mengikuti tahapan selanjutnya, yakni proses training
Dalam proses ini driver bertujuan ingin memastikan tingkat kompetensi yang dimiliki driver baik dalam menjalankan tugasnya.
"Aspek yang diberikan mengenai pengetahuan, keterampilan dan attitude atau sikap prilaku," ungkapnya.
Dari ketiga aspek ini, kami menekankan pada aspek attitude.
Menurutnya, aspek sikap prilaku ini yang akan menuntun driver untuk bersikap profesional.
Yang terakhir adalah control pelayanan yang dilakukan perusahaan ketika driver menjalankan tugasnya.
Pada aspek ini ditekankan kepada pengemudi kesadaran akan risiko berkendaraa,
"Ia harus paham dirinya harus fit dalam menjalankan tugas," bilangnya.
Kondisi fit ini bisa didapat dari jam bekerja, memafaatkan semaksimal mungkin waktu istirahat.
Anang menyebutkan secara umum pelayanan pengemudi pada jam reguler sekitar 8-9 jam.
Namun demikian, ada kalanya permintaan dari customer di luar jam reguler yang harus dipenuhi perusahaan.
Perusahaan harus memastikan yang bersangkutan fit
meski begitu kelelahan saat bekerja apalagi di luar jam reguler itu sangat manusiawi.
"Di sini pentngnya driver mengomunikasikan dengan baik ke customer soal kondisinya," jelasnya,
Pengemudi, menurut Anang, setelah berjalan sekian jam, sopir bisa mohon izin kepada customer untuk membugarkan diri sebentar sekadar memulihkan kondisi.
Dengan penjelasan yang baik ini diharapkan customer juga paham dengan keadaan sopir.
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR