GridOto.com - Karakternya terasa enggak panas dan halus saat dikendarai, begini performa mesin Royal Enfield Hunter 350.
Mesin yang diandalkan Hunter 350 basisnya persis dengan milik Meteor dan Classic 350 berkode J1. Berkapasitas 349,2 cc SOHC 2 katup injeksi berpendingin udara.
Bedanya hanya di mapping fuel dan ignition ECU, dibuat agar lebih responsif di putaran rendah.
Paling menyenangkan dari mesin berasio kompresi hanya 9,5:1 ini selain enggak panas adalah getarannya yang tergolong minim.
Untuk sebuah mesin Royal Enfield, termasuk halus banget! Salah satunya karena dikasih balancer.
Tapi karakter mesin overstroke khas Royal Enfield tentu tetap dipertahankan, dengan bore x stroke 72 x 85,8 mm.
Khasnya adalah punya torsi badak di putaran rendah, sehingga buat melaju santai sangat menyenangkan dan mesinnya sangat rileks.
Torsi maksimalnya mencapai 27 Nm di 4.000 rpm saja, rendah banget kan! Sementara tenaga puncaknya sebesar 20,2 dk di putaran mesin 6.100 rpm.
Tapi, dengan langkah piston yang sangat panjang, putaran mesinnya memang tak tinggi.
Baca Juga: Motor Baru Royal Enfield Hunter 350 Punya Varian Retro dan Metro, Apa Bedanya?
Saking besarnya torsi di putaran rendah, ketika pindah gigi tak bisa seperti motor umumnya yang sambil lepas kopling langsung bisa sambil digas.
Harus lebih kalem karena saat transmisi pindah ke gigi lebih tinggi, setelah kopling terlepas sempurna harus dikasih jeda sepersekian detik dulu baru bisa digas.
Kalau kopling belum sepenuhnya lepas dan sudah digas, efeknya jadi mengayun-ngayun karena saking besarnya torsi.
Pindah giginya sangat mudah, halus dan tak mudah nyangkut. Koplingnya pun ringan, jadi jalan perlahan di kemacetan juga tak bikin jari lekas pegal.
Yang unik adalah suara dari knalpotnya yang pakai silincer pendek, terdengar garing dan ada feedback setiap gas ditutup.
Kalau diperhatikan, bentuk dan suaranya mengingatkan pada knalpotnya Kawasaki W175TR.
Berapa kira-kira konsumsi bahan bakar dan top speednya? Tunggu tes lengkapnya nanti setelah resmi masuk Indonesia ya.
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR