Satu model yang pemenuhan indennya sudah mendekati ‘normal’ adalah Honda BR-V, dengan satu hingga dua bulan masa tunggu dan ready stock untuk beberapa tipe.
Pasalnya alokasi chip semikonduktor memang difokuskan untuk Honda BR-V, sebagai model yang didesain khusus untuk pasar Indonesia.
“Karena Honda BR-V diproduksi dan didesain khusus untuk pasar Indonesia, kami meminta dengan sangat ke pihak prinsipal untuk alokasi (chip semikonduktor),” jelas Billy.
Tidak hanya model yang diproduksi secara lokal, inden mengular juga dialami oleh model Honda yang diimpor secara utuh atau Completely Built Up (CBU) dari negara lain.
Bahkan, situasinya bisa dibilang lebih buruk ketimbang inden mobil-mobil yang diproduksi di pabrik Honda di Karawang, Jawa Barat.
“Contohnya Honda Civic, kami harus minta maaf ke konsumen karena mobil itu masih ada inden sekitar 400 unit, sementara pengiriman bulan lalu hanya 80 unit,” ujar Billy.
“Bulan ini diperkirakan turun lagi, bahkan bisa tidak dikasih jatah oleh Thailand (tempat produksi Honda Civic untuk pasar Indonesia) karena kondisi di sana juga sama,” ungkapnya.
“Kami selalu komunikasi dengan prinsipal dan pemasok, mereka juga sangat berusaha untuk meningkatkan produksi, tapi tidak semudah membalikkan telapak tangan,” tutup Billy.
Editor | : | Muhammad Ermiel Zulfikar |
KOMENTAR