Usulan Dall'Igna ini mendapat banyak tentangan, salah satunya dari KTM.
"KTM tak tertarik membuat mesin hybrid. Karena sistem ini sudah tidak lagi akan dikembangkan dan konsepnya sangat mahal," ujar Sebastian Risse, Manajer Teknis KTM.
"Jika kau bisa menggunakan bahan bakar nonfosil 100% di 2016, kenapa harus membuat membuatnya lebih rumit lagi," jelasnya.
Sedangkan bos Aprilia, Massimo Rivola, mengingatkan agar MotoGP tak ikut dalam salah satu kesalahan F1.
"Haha, lupakan itu. Kau lupakan saja itu, yakin. Kupikir salah satu kesuksesan F1 adalah suara mesinnya, dari V12, V10 dan mesin pembakaran internal lainnya. Itu mesin yang indah," ujar Rivola.
"Kita harus menghindari kesalahan F1 yang mengubah total suara mesinnya. Di F1, hybrid-nya adalah versi yang jauh lebih canggih, tapi tetap saja adalah mesin pembakaran internal yang memakai booster elektrik," jelas pria yang pernah bekerja di F1 ini.
Menurut Rivola, Ducati saat belum memikirkan soal booster ini, tapi hanya memikirkan efisiensi energi kinetiknya saja.
"Tapi mungkin saja kita akan mengambil langkah itu, aku juga tak mau bilang tidak. Tapi prioritasnya sekarang adalah pengurangan emisi CO2, di seluruh dunia," sambungnya.
Seperti pendapat-pendapat sebelumnya, Rivola juga yakin mesin hybrid terlalu mahal dan rumit untuk MotoGP, terlalu banyak minusnya.
Baca Juga: Yuk Intip, Apa yang Dilakukan Marc Marquez Sebelum ke MotoGP Austria 2022
Menambah baterai ataupun perangkat-perangkat hybrid lainnya juga akan membuat motor berat.
"Prioritasnya jelas, kami harus tetap memberikan pertunjukan bagus dan dengan kadar emisi nol. Tampak ke depannya emisinya akan menjadi nol dengan bahan bakar alternatif. Jika bisa melakukannya, itu akan hebat," sambungnya.
"Tujuan kita adalah 100 persen memakai bahan bakar sintetis di MotoGP 2027," jelasnya.
Saat ini, banyak perusahaan minyak yang sedang mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan.
Baik MotoGP dan F1 sama-sama ambil bagian dalam pengembangan bahan bakar ini, tiap tahunnya akan ada aturan yang mengatur kadar penggunaan bahan bakar fosil.
Editor | : | Muhammad Ermiel Zulfikar |
Sumber | : | Speedweek.com |
KOMENTAR