GridOto.com - Tidak dapat dipungkiri bahwa Daihatsu Xenia merupakan salah satu pelopor di segmen Low Multi Purpose Vehicle (LMPV), bersama dengan saudara kembarnya yakni Toyota Avanza.
Begitu pun dengan penjualan, yang mana Daihatsu Xenia ‘rajin’ menduduki setidaknya posisi lima besar model terlaris setiap bulannya.
Makanya jadi sebuah kejutan, ketika Daihatsu Xenia hanya mencatatkan wholesales atau distribusi dari pabrik ke dealer sebanyak 60 unit selama periode Mei 2022 lalu.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), terjadi penurunan cukup drastis jika dibandingkan pencapaian bulan sebelumnya yaitu 1.333 unit.
Marketing and Customer Relations Division Head PT Astra International Daihatsu Sales Operation (AI-DSO), Hendrayadi Lastiyoso, menuturkan bahwa penurunan tersebut diakibatkan oleh upaya mereka menyeimbangkan suplai dan permintaan.
"Antara wholesale dan retail sales harus menjaga keseimbangan supply dan demand supaya level stok terjaga dengan baik" tutur Hendrayadi, Selasa (21/6/2022).
“Memang wholesale Xenia baru 60 unit ya, tapi penjualan retail-nya (dari dealer ke konsumen) sih di atas seribu kemarin,” imbuh pria yang akrab disapa Hendra ini.
Mengenai angka produksi yang tidak mencapai tiga digit, ia mengatakan bahwa jumlah hari kerja yang terpangkas dengan Libur Lebaran pada Mei 2022 lalu menjadi alasan utama.
Efeknya pun tidak hanya dirasakan Daihatsu, mengingat data GAIKINDO menunjukkan bahwa kinerja produksi nyaris seluruh pabrikan mengalami penurunan.
Baca Juga: Rapor Wholesales LMPV Mei 2022 - Toyota Avanza Kokoh di Puncak, Daihatsu Xenia Bikin Kaget
Namun, anjloknya angka wholesales Xenia juga terpengaruh oleh keputusan Daihatsu memprioritaskan produksi mobil yang dinilai membutuhkan suplai lebih tinggi.
Hanya saja ia tidak menjelaskan secara rinci, mengenai ‘identitas’ dari mobil yang diprioritaskan produksinya tersebut.
Terlepas dari itu, Hendra memastikan bahwa anjloknya wholesales Daihatsu Xenia tidak disebabkan oleh masalah produksi di luar berkurangnya hari kerja pada Mei 2022 lalu.
“Tidak ada isu besar, hanya pembagian produksi saja karena Mei mempunyai hari kerja paling pendek yaitu sekitar 19 hari kerja di mana biasanya bisa sampai 25 hari,” ujar Hendra.
“Karena hari-nya terbatas, produksi diatur sedemikian rupa agar bisa menyeimbangkan suplai ke model lain, jadi hanya masalah pengaturan suplai dan demand saja,” tutupnya.
Editor | : | Muhammad Ermiel Zulfikar |
KOMENTAR