"HHO (Hidrogen Hidrogen Oksigen) juga disebut sebagai gas Brown," imbuhnya.
Prof Yus menekankan alat pengubah air menjadi H2 atau HHO yang disebutnya tersebut tidak bisa menggantikan bahan bakar sepenuhnya untuk konstruksi mesin internal combustion.
Baca Juga: Sering Purging Mobil Diesel, Bengkel Bantah Bisa Picu Kerusakan Mesin
Ia menjelaskan, agar air bisa dipakai sebagai menjadi bahan bakar perlu proses elektrolisis.
Dalam proses elektrolisis unsur kimia air H2O dipecah sampai menghasilkan H2.
"Butuh energi sebesar 180 MJ/kg untuk memproses elektrolisis air menghasilkan H2 sebanyak 1 kg untuk bisa digunakan energi pembakaran," terang Prof Yus.
Jika dipakai sebagai bahan bakar mesin internal combustion, H2 hanya menghasilkan energi sebesar 130 MJ/kg.
Sebagai perbandingan, bahan bakar diesel atau bensin menghasilkan energi sebesar 40-43 MJ/kg.
Baca Juga: Campur BBM Beda Oktan Buat Ruang Bakar Mesin Cepat Kotor? Ini Faktanya
"Berarti ada kekurangan energi 50 MJ/kg dari 180 MJ/Kg kebutuhan energi memproses elektrolisis air menjadi H2 dan dijadikan energi bahan bakar," jabar Prof Yus.
"Sekalipun dipakai untuk mesin internal combustion, H2 tetap butuh bantuan dari energi lain seperti bahan bakar fosil," sambungnya.
Sebab kekurangan 50 MJ/kg membuat H2 tidak bisa menjadi energi tunggal untuk mesin internal combustion.
Tetap perlu bantuan bahan bakar yang hasilnya membuat konsumsi bahan bakar lebih irit.
"Dibilang pengganti bahan bakar jelas tidak bisa, tapi dibilang penghemat bahan bakar sangat mungkin," simpul Prof Yus.
"Teknologi ini sudah ada lama, hanya saja memang kurang efektif," sambungnya.
Editor | : | Dwi Wahyu R. |
KOMENTAR